JAKARTA - Indonesia masih sangat berpeluang menekan atau bahkan menghapus sama sekali selisih nilai perdagangan dengan China. Mengingat China masih membutuhkan banyak barang impor.
Bahkan Wakil Perdana Menteri Zhang Gaoli mengatakan bahwa negaranya butuh barang impor senilai USD8 triliun dalam lima tahun mendatang.
Sayangnya, kalangan pengusaha nasional pesimistis melihat peluang yang ditawarkan China karena kegaduhan politik yang tak kunjung berkesudahan hingga tiga tahun masa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Belum lagi sistem birokrasi kita," kata Chairman of Indonesia Chamber of Commerce in China (Inacham), Liky Sutikno, di Shanghai.
Ketua perwakilan Kadin Indonesia di China itu lebih lanjut menggambarkan bahwa birokrasi di Indonesia masih bekerja pada abad ke-18, sedangkan China sudah abad ke-21.