JAKARTA - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman angkat bicara mengenai harga beras yang saat ini sudah di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp9.450 per kilogram. Menurut dia, bukan pada Desember atau Januari yang mesti dikhawatirkan, justru Juli dan Agustus.
Pada bulan tersebut, lahan pertanian menjadi rawan karena tidak air atau memasuki musim kering. Di saat itu juga, Kementerian Pertanian (Kemetan) meningkatkan fokusnya supaya lahan pertanian tetap bisa berproduksi.
"Jadi untuk orang pertanian takutnya itu di Juli. Kalau sekarang (Januari) sudah panen," ujarnya, di Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (11/1/2018).
Kendati khawatir luas tanam padi pada Juli sampai September paceklik, namun Kementan mencatat sejak 2016 hingga 2017 luas tanam sudah surplus. Tercatat, sejak 2016 luas tanam padi berkisar 1 juta hektar (ha) atau lebih besar dibandingkan capaian selama 15 tahun terakhir sekira 500-600 ribu ha.
Baca Juga: Harga Beras Naik Walau Pasokan Cukup, Kok Bisa?
Meski demikian, Amran tidak memungkiri harga beras saat ini naik. Hanya saja, kata dia, kenaikan beras sejak Desember hingga Januari 2018 tidak sebanding dengan capaian 10 bulan di mana harga beras berangsur normal.
"Kita sejak Januari, Febuari, Maret, April panen. Ini ada dua kali (bulan) naik dalam setahun, 10 bulan normal, dan 6 bulan jatuh. Maksudnya selama panen di Febuari, Maret jumlah beras melimbah harga turun," ujarnya.