Dimulai dengan pembuatan struktur jalur layang sepanjang 9.810 meter dan dilakukan dengan membangun viaduct yang terhubung dengan tiang kolom terdiri dari lima bagian, yaitu struktur fondasi, pile cap, pier column, pierhead, dan box girder.
Adapun hingga 25 Oktober 2017, perkembangan konstruksi MRT Jakarta baru mencapai 83,07% dengan rincian struktur layang sebesar 74,64% dan struktur bawah tanah sebesar 91,57%.
Sedikitnya ada 13 stasiun sedang dibangun untuk moda kereta api cepat ini dan sedang proses pengerjaan. “Ada 13 stasiun yang sedang dibangun saat ini, yakni tujuh stasiun layang di Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, dan Sisingamangaraja, serta enam stasiun bawah tanah di Senayan, Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas, dan Bundaran Hotel Indonesia (HI),” kata William Sabandar.
Sementara itu, Tomi (35), warga Pamulang mengatakan, jika warga Tangsel disuruh memilih antara MRT dan LRT, maka pilihan pertama jatuh pada MRT. Sebab Tangsel merupakan daerah yang sedang berkembang, baik dari segi pembangunannya terus tumbuh maupun dari segi manusianya.
“Kalau disuruh memilih MRT atau LRT, jelas jawabnya adalah MRT. Karena itu sangat dibutuhkan warga Tangsel, terutama yang bekerja di Jakarta. Masyarakat Kota Tangsel ini kebanyakan adalah kaum urban yang tinggal di Tangsel, tetapi rata-rata bekerjanya di Jakarta. MRT lebih tepat ketimbang LRT,” ungkapnya. (Hasan Kurniawan/Yan Yusuf)
(Dani Jumadil Akhir)