JAKARTA - Rupiah tengah mengalami tren depresiasi terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Kini Rupiah terus begerak direntang level Rp13.700 hingga Rp13.800 per USD.
Presiden Direktur Bank BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pelemahan Rupiah tak hanya terjadi pada USD tetapi juga pada Dolar Singapura. Namun demikian, kata dia, pelemahan terhadap sejumlah mata uang tidak memberi dampak besar terhadap kinerja perbankan.
Dia menjelaskan, pelemahan akan sangat berpengaruh terhadap perbankan, apabila bank memberi kredit dengan mata uang Paman Sam tersebut secara mayoritas.
"Harusnya tidak terlalu ada gejolak di perbankan kecuali bank itu terlalu banyak mengelola USD. Ini memang akan membahayakan," ujar dia di Hotel Kempinski, Kamis (8/3/2018).
Baca Juga: Rupiah Melemah Dekati Rp13.800/USD
Tjahja menyatakan, BCA sendiri menganut paham di mana pihaknya menjaga agar tidak terpengaruh dolar secara langsung. Namun, menurutnya, dampak Rupiah akan terasa oleh para importir, sebab mereka perlu mengeluarkan dana dalam jumlah besar ketika mengimpor produk yang diproduksi. Di sisi lain, hal ini ini juga akan terasa bagi para eksportir, di mana barang yang akan diekspor memiliki harga yang lebih murah.
"Itu akan mempengaruhi performance nasabah eksportir, dia akan mungkin lebih banyak terima Rupiah, harga dagangan akan jadi lebih murah. Sebaliknya importir harus menyediakan lebih banyak dana karena cost-nya naik," jelasnya.
Sementara itu, deperesiasi mata uang Garuda ini juga akan membahayakan bagi korporasi yang melakukan pinjaman besar dalam bentuk USD tetapi tidak melakukan hedging (lindung nilai).
Baca Juga: Rupiah Rp13.760, Gubernur BI: Kami Jaga Stabilitas Nilai Tukar
"Itu akan berdampak pada individual masing-masing korporasi apakah mereka punya pinjaman besar dan kalai tidak di hedging itu ada resiko kalau Rupiahnya sampai melemah. Coba dihitung Rp13.300 sekarang Rp13.750 sudah berapa persen itu. Belum ada satu bulan," jelasnya.
Oleh sebab itu, kata dia, hal ini memang sudah selalu diantisipasi oleh Bank Indonesia (BI), dengan mengingatkan dunia usaha untuk melakukan hedging ketika meminjam dana dengan menggunakan mata uang AS.
"Jadi itu yang harus diperhitungkan dunia usaha. Sebab itu dari yang lalu pun Bank Indonesia selalu mengimbau koorporasi untuk selalu meng-hedging kalau bisnis mereka pinjam dalam dolar atau uang asing lainnya," pungkasnya.
Untuk diketahui, hari ini Rupiah kembali tertekan oleh Dolar AS. Rupiah hari ini terus bergerak di kisaran Rp13.762-Rp13.775.
(Rani Hardjanti)