JAKARTA - Jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengalami kerugian terus ditekan. Bahkan, tahun ini pemerintah menargetkan semua BUMN harus menanggung keuntungan.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, pada 2017 dari 128 BUMN ada 12 perusahaan mengalami kerugian. Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2016 karena ada 24 perusahaan merugi.
”Tahun 2016 jumlah BUMN yang rugi mencapai 24 perusahaan, tahun 2017 turun menjadi 12 perusahaan. Tahun 2018 targetnya tidak ada lagi yang rugi,” kata Rini saat mengikuti Fun Bike BUMN 2018 di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, kemarin.
Pada kesempatan itu, Rini menjelaskan, secara konsolidasi 128 BUMN pada 2017 membukukan laba komprehensif Rp183 triliun atau naik sekitar 10% dibandingkan 2016.
”Saya berterima kasih pada semua insan BUMN yang telah bekerja keras selama ini. Saya harapkan tahun 2018 semua BUMN bisa untung dan keluarga besar BUMN bisa bahagia dan sejahtera bersama,” ujar Rini.
Menurutnya, berbagai langkah akan dilakukan untuk memperbaiki kinerja keuangan terutama yang masih dalam keadaan defisit.
”Banyak cara, namun paling utama adalah sinergi. Misalnya, BUMN dalam satu sektor yang sama, logistik pengadaan barang bisa dikoordinasikan sehingga lebih efisien,” ujarnya.
Selain itu, sinergi BUMN juga diarahkan untuk saling memanfaatkan jasa ataupun produksi yang dihasilkan beberapa perusahaan. Dia menyoroti beberapa BUMN masih dalam tekanan keuangan, yaitu PT Garuda Indonesia yang perlu berbenah agar kinerja operasi lebih bagus lagi.
”Khusus untuk Garuda, kerugian lebih karena perusahaan ini terjebak dalam perang tarif dan rute penerbangan internasional yang tidak efisien. Sedangkan Krakatau Steel kerugiannya membengkak disebabkan antara lain adanya dumping baja dari China,” kata Rini.
Diketahui, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) pada 2017 mengalami kerugian sebesar USD213,4 juta atau setara Rp2,88 triliun (Rp13.000/USD). Padahal 2016, Garuda berhasil mencetak laba sebesar USD9,4 juta atau Rp126,9 miliar. Untuk itu, BUMN merugi harus melakukan efisiensi, termasuk menjalin sinergi antarperusahaan. BUMN yang memiliki bisnis atau usa ha sama juga diarahkan digabung.
Sinergi yang dimaksud dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing BUMN. Dihadapkan sekitar 1.200 karyawan BUMN yang mengikuti sepeda santai tersebut, Rini mengatakan, para direksi BUMN agar selalu mencari terobosan dalam menjalankan perusahaan.
Pengamat BUMN Said Didu mengatakan, upaya pemerintah memperbaiki kinerja keuangan BUMN yang masih rugi melalui sinergi terutama dalam sektor yang sama merupakan langkah paling tepat.
”Jadi paling penting bukan berapa jumlah BUMN rugi yang bisa dikurangi, tapi berapa total peningkatan laba yang bisa diraih perusahaan tersebut,” kata Said di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, terdapat lima strategi yang bisa dilakukan pemerintah mengurangi BUMN rugi. Pertama, melakukan peleburan atau holding dengan sektor BUMN yang sama, kedua dengan cara merger, ketiga melalui akuisisi, keempat likuidasi, dan kelima sinergi BUMN.
”Dengan holding, kerugian bisa ditutup induk usaha, untuk likuidasi dilakukan BUMN yang sakit parah, sedangkan akuisisi pernah dilakukan PLN dan Bahtera Adiguna. Jadi yang paling tepat itu merger dan sinergi BUMN,” ujarnya.
Meski demikian, menurut dia, sinergi BUMN ini juga harus memperhatikan peraturan yang berlaku. Jangan sampai terjadi persaingan yang bisa melanggar ketetapan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
Di sisi lain, sinergi BUMN juga bisa menjadi beban bagi perusahaan lain. ”Sinergi BUMN memang salah satu caranya, tapi paling rawan jangan sampai menjadi beban bagi BUMN lain. Perlu diwaspadai juga jangan sampai melanggar persaingan usaha oleh KPPU,” katanya.
Dihubungi terpisah, Anggota Komisi VI DPR Nasril Bahar menambahkan, selain didorong pemerintah, dibutuhkan strategi tepat dari BUMN tersebut untuk menekan kerugian tahun ini. Salah satu upayanya dengan memperjelas rencana bisnis perusahaan.
”Selain itu, mereka harus fokus ke business plan tersebut. Di sisi lain, efisiensi harus di lakukan, BUMN juga harus melakukan optimalisasi kinerja termasuk mengoptimalisasi aset yang menganggur,” kata Nasril.
Menurut dia, BUMN yang kuat dari segi operasional dan juga neraca keuangan bisa menjadi pendorong ekonomi nasional. Di sisi lain, perusahaan pelat merah tersebut juga didorong untuk bisa berkompetisi dengan BUMN dari negara lain. Jika masih mengalami kerugian hal tersebut tentu sulit dilakukan.
(heru febrianto/ant)
(Rani Hardjanti)