JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga menembus ke level Rp13.900 per USD.
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Jahja Setiaatmadja menyatakan, menghadapi nilai Rupiah yang terus terdepresiasi, BCA menantikan tindakan terlebih dahulu oleh Bank Indonesia (BI) sebagai pemangku kebijakan.
Dia menjelaskan, pergerakan Rupiah bergantung pada kaitan suku bunga acuan, kinerja ekspor impor, investasi dalam dan luar negeri, likuiditas Rupiah, juga ketersediaan cadangan devisa di BI.
Baca juga: Penyaluran Kredit BCA Tembus Rp470 Triliun dalam 3 Bulan
"Jadi kalau ditanya bagaimana Rupiah-nya, ya tergantung kebijakan pemerintah. Jadi, ini juga menyangkut sekali dari kebijakan moneter BI. Apakah memang kurs di bawah Rp14.000 ini akan terus dipertahankan dengan catatan misalnya dalam kurun waktu 8 bulan lagi tidak ada kenaikan Rupiah," ujar Jahja di Hotel Kempinski Jakarta, Senin (23/4/2018).
Dia menjelaskan dengan adanya ekpestasi kenaikan Fed Fund Red (FFR) yang akan berlanjut dua kali lagi di tahun ini, maka BI perlu melakukan antisipasi. Sebab, kenaikan suku bunga The Fed ini akan berdampak pada kenaikan nilai USD, dimana mata uang Paman Sam ini juga akan mempengaruhi mata uang negara lainnya.
"Nah pasti secara psikologis, kurs Rupiah kita akan tertantang. Nah apakah kemauan BI intervensi atau terpaksa memberikan ke market bahwa kita ikuti kenaikan suku bunga global," jelasnya.
Baca juga: BCA Raih Laba Bersih Rp5,5 Triliun di Kuartal I, Merangkak 10,4%
Kemudian, pengaruh dari ekspor dan impor, baik neraca perdagangan berada lebel defisis atau positif, yang terpenting adalah ketersediaan Dolar AS di pasaran.
Kemudian, ketersediaan cadangan devisa yang bisa dipertahankan oleh BI. Pada akhir Maret 2018, cadangan devisa BI tercatat sebesar USD126 miliar, lebih rendah USD2,06 miliar dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar USD128,06 miliar.
"Ya kita nggak tahu apakah hari ini sudah ada intervensi dari BI menjual persediaan dolar atau tidak ada intervensi. Tapi, secara umum ini bukan sesuatu yang disclosed. Tapi, kita bisa lihat akhir bulan, jumlah cadangan US dolar dari BI turun atau naik. Kalau mereka intervensi cukup besar, pasti cadangan menurun, di luar ekspor, dan lain-lain," katanya.
(Fakhri Rezy)