JAKARTA - Tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) membuat Bank Indonesia (BI) angkat suara. Bank Sentral menyatakan siap menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Days Repo Rate yang dalam beberapa bulan terakhir tertahan di 4,25%.
Seperti diketahui, Rupiah terus melemah mendekati level Rp14.000 per USD. Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), hari ini, Senin (30/4/2018), Rupiah berada di Rp13.877 per USD, jauh lebih baik ketimbang pelemahan di Kamis 26 April 2018 yang ke level Rp13.930 per USD.
Baca Juga: Rupiah Nyaris Rp14.000/USD, Presiden Jokowi: Itu Kebijakannya Ada di BI
Center of Reform on Economy (CORE) menilai kenaikan suku bunga acuan menjadi satu-satunya cara menekan pelemahan Rupiah. Dengan kebijakan ini, mata uang Garuda dinilai akan menguat ke level Rp13.700 per USD, atau bahkan dalam jangka panjang diyakini dapat kembali ke level Rp13.500 per USD.
Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Pieter Abdullah Redjalam menyatakan, kondisi ekonomi AS memang memberi pengaruh pada penguatan USD, atau artinya melemahkan mata uang lainnya, termasuk Rupiah. Terlebih setelah The Fed, Bank Sentral AS menaikkan Fed Fun Rate (FFR) 25 basis points (bps) pada Maret lalu, diprediksi akan melanjutkan pengetatan moneter pada Mei mendatang, 2-3 kali lagi di sepanjang 2018.
Baca Juga: Rupiah Dekati Rp14.000/USD, Presiden Jokowi: Fundamental Ekonomi RI Masih Kuat
Sinyal pengetatan moneter oleh Bank Sentral memang diberikan bila instrumen intervensi pasar tak lagi manageable. Namun, dia menyatakan, kenaikan FFR akan menjadi sentimen negatif, menekan Rupiah semakin dalam, maka diyakini BI akan mengambil langkah menaikkan suku bunga acuannya.
"Sepertinya FFR akan naik di bukan Juni, tapi kalau pun Mei FFR naik lagi, ini tentu tekanan ke Rupiah lebih kuat lagi, saya yakin 99% BI akan naikkan (suku bunga acuan) juga di bulan Mei," jelasnya kepada Okezone, Senin (30/4/2018).
Dia menjelaskan, kenaikan suka bunga acuan BI akan mampu menahan arus dana asing (capital flows) keluar dari Tanah Air. Terlebih diiringi dengan kembali tumbuhnya keyakinan pasar, maka penawaran dan permintaan valas dan Rupiah juga akan terjaga. "Maka otomatis nilai tukar kita akan terjaga," katanya.