Siap-Siap Dirugikan, Mendag Galang Dukungan Importir Besi dan Alumunium ke AS

Koran SINDO, Jurnalis
Rabu 25 Juli 2018 13:13 WIB
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA – Pemerintah menggalang dukungan para importir produk Indonesia di Amerika Serikat (AS) untuk melakukan pendekatan kepada Pemerintah AS, sebagai upaya mengamankan akses pasar produk Indonesia di negara tersebut.

Langkah ini dilakukan untuk menghadapi kenaikan tarif impor besi baja dan aluminium, serta peninjauan ulang (review) Indonesia sebagai penerima program Generalized System of Preferences (GSP) dari pemerintah AS.

“Kenaikan bea masuk produk besi baja dan aluminium tidak hanya akan merugikan Indonesia sebagai eksportir, tetapi juga pelaku usaha AS, karena biaya produksi mereka akan meningkat bahkan pasokan untuk proses produksi dapat terganggu. Akhirnya dapat merugikan daya saing perusahaan AS juga,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/7/2019).

Importir baja AS mengakui kenaikan bea masuk dapat membuat produk baja impor tidak kompetitif serta menahan laju pertumbuhan industri. Mereka mengakui produk Indonesia berkualitas baik dan produk tersebut memang tidak diproduksi oleh AS sehingga hal tersebut semestinya tidak menjadi ancaman bagi industri baja AS.

Keputusan pengenaan tarif impor sebesar 25% untuk produk baja dan 10% untuk produk aluminium telah ditandatangani Presiden AS Donald Trump pada 18 Maret 2018 lalu. Sementara itu, lanjut Enggar, produk baja dan aluminium dari Indonesia tidak serta-merta menjadi kompetitor yang secara langsung mengancam industri dalam negeri AS.

“Produk AS dan produk Indonesia dapat berperan secara komplementer di pasar AS. Hal ini sudah terlihat dari peran baja dan aluminium Indonesia yang telah menjadi bagian dalam sistem manajemen pasokan di AS,” papar dia.

Ekspor produk besi baja Indonesia ke AS pada 2017 tercatat USD112,7 juta atau hanya 0,3% pangsa pasar AS. Nilai ini disebabkan oleh penerapan bea masuk anti dumping dan counterv ailing duty yang telah berlangsung cukup lama. Sementara itu, ekspor aluminium tahun 2017 ke AS tercatat USD212 juta dan pangsa pasar 1,2%. Bagi Indonesia, nilai ekspor tersebut berkontribusi terhadap 50% ekspor aluminium Indonesia ke dunia. (Hatim Yarabi).

(feb)

Importir AS Dukung Fasilitas GSP

Dalam pertemuan kali ini, Mendag juga menggalang dukungan para importir terhadap kebijakan fasilitas GSP yang diberikan pemerintah AS kepada Indonesia. Hal ini menanggapi langkah pemerintah AS yang sedang meninjau ulang pemberian fasilitas tersebut.

Para importir yang hadir dalam pertemuan menyampaikan industri kelas menengah AS membutuhkan skema GSP untuk menunjang bisnis mereka. Untuk menyampaikan aspirasi tersebut, para importir terlibat aktif dalam rapat dengar pendapat bersama pemerintah AS selama proses peninjauan ulang atas negara-negara yang mendapat GSP.

Menurut Enggar, GSP memberikan manfaat besar baik bagi ekspor Indonesia maupun industri dalam negeri AS. “Indonesia memahami adanya review atas penerima GSP. Namun, Indonesia berharap hasil review tidak mengganggu ekspor Indonesia ke AS dan tidak memberi dampak pada industri domestik AS yang selama ini memanfaatkan skema GSP,” jelasnya.

GSP merupakan kebijakan AS berupa pembebasan tarif bea masuk (nol persen) terhadap impor barang-barang tertentu dari negara-negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara penerima fasilitas tersebut. (Hatim Yarabi).

(feb)

(Rani Hardjanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya