Defisit Transaksi Berjalan Tembus 3%, Menko Darmin: Besar Itu

Giri Hartomo, Jurnalis
Senin 13 Agustus 2018 13:39 WIB
Foto: Darmin soal Defisit Transaksi Berjalan (Okezone)
Share :

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) di triwulan II-2018 mencapai USD8 miliar (3% PDB). Angka ini jauh lebih besar dibandingkan CAD dikuartal sebelumnya yang hanya sebesar USD5,7 miliar (2,2% PDB).

Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, angka tersebut menurutnya cukup tinggi. Artinya, pihaknya harus segera merapatkan barisan untuk bisa sama sama menurunkan angka tersebut.

"Agak besar itu. Ya artinya kalau sampai 3% itu pemerintah harus menyiapkan langkah-langkah untuk segera membuat dia turun," ujarnya saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (13/8/2018).

Menurutnya, belum pernah CAD Indonesia mengalami defisit hingga sebesar itu. Bahkan secara internasional pun angka defisit CAD 3% itu termasuk angka yang sangat tinggi. "3% itu angka yang bukan hanya secara internasional, tapi kita sendiri itu jarang sekali sampai ketingkat itu," ucapnya.

 

Menurut Darmin, ada beberapa hal yang membuat CAD melebar. Salah satunya adalah defisit neraca perdagangan yang tak kunjung membaik.

Selain itu, melebarnya CAD juga tidak terlepas dari pembayaran barang dan jasa. Menurutnya, jika neraca perdagangan masih tetap defisit, pemerintah bisa mendorong untuk meningkatkan pendapatan dari sisi barang dan jasa maupun investasi.

"Kalau sudah yang pertama kan harus diperhatikan defisit transaksi pedagang. Kedua transaksi berjalan seperti yang kamu bilang barusan. Berjalan itu lebih susah di sini. Oleh karena itu menyangkut barang jasa balas jasa dari misal dari saham dari obligasi asing yang dibeli di sini. Nah itu dia semua yang buat defisit sehingga kebijakan yang harus dibuat harus lebih banyak kemungkinannya kalo jurusan transaksi berjalan," jelasnya.

 

Meskipun begitu, Darmin mengaku belum bisa mengatakan detail kebijakan apa yang akan diambil. Namun yang jelas adalah bagaimana membuat agar neraca perdagangan Indonesia bisa mengalami surplus dan investasi yang masuk juga semakin banyak.

"Saya belum bisa bilang (apa kebijakannya). Kita akan dia pasti menyangkut perdagangan barang, jasa kemudian profit dari investasi dan sebagainya," tegasnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya