JAKARTA – PT MRT Jakarta memastikan tiga gedung di kawasan Sudirman-Thamrin akan terkoneksi dengan stasiun mass rapid transit (MRT).
Tiga gedung itu yakni Blok M Plaza, Gedung UOB, dan Gedung Indonesia One. Saat ini proses koneksi ketiganya masih berlangsung. Koneksi langsung ke stasiun ini diharapkan pekerja di kawasan tersebut menjadikan MRT sebagai transportasi utama sehingga mengurangi kendaraan pribadi.
Direktur Operasional PT MRT Jakarta Agung Wicaksono menjelaskan, tiga stasiun yang terkoneksi dengan tiga gedung tersebut, yakni Stasiun MRT Blok M terhubung dengan Blok M Plaza, Stasiun MRT Dukuh Atas terkoneksi dengan Gedung UOB, dan Stasiun MRT Bundaran HI terkoneksi Gedung Indonesia One. “Ketiganya sedang dalam proses pembangunan. Sejak dari awal, Blok M meminta untuk terkoneksi langsung,” kata Agung.
Baca Juga: Jadi Korban Vandalisme, MRT Jakarta Bentuk Divisi Khusus Keamanan
Untuk Gedung UOB dan Gedung Indonesia One, lanjut Agung, merupakan kewajiban pihaknya dalam membangun jalur utama MRT. Karena itu, pembangunan di tiga gedung itu menggunakan skema jalur atas (elevated) dan jalur terowongan (underground). Agung melanjutkan, untuk Blok M Plaza nanti terkoneksi menggunakan elevated yang terhubung dengan Stasiun Blok M. Untuk Gedung UOB dan Gedung Indonesia One koneksi, keduanya akan menggunakan jalur underground. Agung mengakui koneksi pada tiga gedung tersebut dengan stasiun MRT mendorong 50 pengelola gedung untuk terkoneksi. Untuk mempercepat realisasi tersebut, mereka menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MOU).
“Pemilik gedung yang ingin interkoneksi sudah banyak yang MoU. Mereka masih wait and see, tapi kita push. Mereka mungkin akan lihat semua stasiun dulu. Sudah ada knock down panel. Nanti kalau ada yang mau interkoneksi, tinggal dibuka,” tambah Agung.
Agung menjelaskan, knock down panel merupakan dinding yang siap dibongkar bila interkoneksi disepakati di tengah operasi MRT. Secara teknis dan konstruksi, pembongkaran dinding di tengah operasional aman dilakukan. Meski demikian, 50 gedung tersebut tidak semuanya akan terkoneksi.
Pihak MRT saat ini masih melakukan analisis terhadap gedung-gedung tersebut. Kepastian akan terbangun interkoneksi baru dilakukan setelah melalui beberapa per timbangan, termasuk biaya. “Memang kesiapan ini dari dua belah pihak. Arrangement-nya antara pemilik gedung dan MRT. Soal keamanan, kebersihan, dan perawatan,” jelas Agung. Tak hanya soal pembangunan, kesepakatan di lanjutkan dengan melakukan perawatan dan jaminan keamanan di area tertentu dalam jalur interkoneksi. Karena itu, untuk mengunci kesepakatan ini, peraturan gubernur (pergub) akan dikukuhkan.
Agung mencontohkan Gedung Sampoerna Land yang rencananya terkoneksi dengan Stasiun Bendungan Hilir. Pengelola Gedung Sampoerna Land menyatakan bersedia menyiapkan pemeliharaan. “Tapi, fasenya belum kesepakatan. Kalau Gedung UOB masih in progress untuk perjanjian pemeliharaannya. Ada area mereka, ada area kita. Harus detail,” imbuh Agung.
Direktur Konstruksi MRT Si l via Halim memastikan MRT akan beroperasi Maret 2019. Hampir seluruh rangkaian kereta sudah tiba dari Jepang. Empat set kereta terakhir akan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada November mendatang. Kini proses konstruksi keseluruhan mencapai 96,53% dengan rincian seksi jalur layang sebesar 95,36% dan seksi jalur bawah tanah 97,71%.
Baca Juga: Kereta Dicoret-coret, MRT Jakarta: Tanggung Jawab Kontraktor
Uji coba kereta pertama tengah persinyalan dilakukan di jalur utama. Pengamat tata kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga menilai interkoneksi antara stasiun MRT dengan gedung perkantoran harus dilakukan untuk mendorong masyarakat beralih ke transportasi umum. Nirwono juga menyarankan agar pembangunan berkelanjutan wajib dilakukan mulai dari hunian vertikal maupun fasilitas pendidikan dan pusat per belanjaan. “Seharusnya gedung-gedung di sepanjang koridor MRT terkoneksi dengan stasiun MRT, diutamakan gedung-gedung dekat dengan stasiun MRT,” kata Nirwono. Menurut Nirwono, selain meminta aturan yang jelas, interkoneksi nanti juga harus mempermudah akses jalan. Tak hanya melalui terowongan mau pun lift.
“Kebersihan, keamanan, dan kenyaman harus diutamakan agar fasilitas dapat digunakan masyarakat,” ucapnya. Keuntungan lain yang didapat dari interkoneksi ini yakni pengelola gedung dapat diajak untuk saling menjaga. Termasuk dalam membuat kawasan terpadu. “Sehingga keberadaan MRT, sepanjang koridor dan sekitar stasiun manfaat positifnya dapat dirasakan langsung bagi masyarakat,” tutupnya.
(Yan Yusuf)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)