Didukung The Fed, Dolar AS Kian Mengamuk

, Jurnalis
Kamis 04 Oktober 2018 08:01 WIB
Ilustrasi: Foto Shutterstock
Share :

NEW YORK - Kurs dolar AS naik ke tingkat tertinggi dalam enam pekan pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell bahwa ekonomi AS sangat positif dan rencana untuk terus menaikkan suku bunga.

Sikap hawkish The Fed telah membantu meningkatkan greenback pekan ini, setelah bank sentral AS itu pada Rabu (26/9) lalu menaikkan suku bunga seperti yang diperkirakan dan mengatakan pihaknya memperkirakan kenaikan suku bunga lagi pada Desember, tiga lagi pada tahun berikutnya dan satu kenaikan pada 2020.

Powell membicarakan kekuatan ekonomi AS sehari setelah memuji prospek yang sangat positif untuk ekonomi AS yang dia rasakan berada di ambang sebuah era yang secara historis langka pengangguran ultra-rendah dan inflasi rendah.

 Baca Juga: Gubernur BI: Rupiah Rp15.000/USD Jangan Dianggap Kiamat

Data mendukung pandangan bahwa ekonomi AS dalam kondisi yang kuat. Kegiatan sektor jasa-jasa meningkat ke tertinggi 21-tahun pada September dan perusahaan-perusahaan meningkatkan perekrutan, tanda-tanda kekuatan abadi di akhir kuartal ketiga.

 

Pengusaha-pengusaha swasta AS menambahkan 230.000 pekerjaan pada September, paling banyak sejak Februari, menurut ADP National Employment Report, di atas perkiraan para ekonom sebanyak 185.000 pekerjaan.

"The Fed masih sangat berkomitmen untuk jalur bertahap ketika harus menaikkan suku bunga," kata Kepala strategi valuta asing Amerika Utara di CIBC Capital Markets Bipan Rai seperti dilansir Antara, Jakarta, Kamis (4/10/2018).

 Baca Juga: Rupiah Tembus Rp15.000/USD, Ini yang Bakal Dilakukan BI

Dolar AS berkinerja baik karena pertumbuhan AS tetap kuat sedangkan data ekonomi di negara besar lainnya termasuk zona euro telah datang di bawah ekspektasi.

"Salah satu alasan mengapa kita berpikir mengapa dolar telah begitu ditawar dalam beberapa bulan terakhir, karena ekonomi AS berkinerja cukup baik, sedangkan kami telah melihat perlambatan mendasar dalam hal data yang keluar dari zona euro dan Jepang serta ekonomi besar lainnya," kata Rai.

 

Euro juga dilanda ketidakpastian di sekitarnya utang Italia, rencana fiskal dan masa depan hubungannya dengan negara-negara Eropa lainnya, yang telah menggerogoti pasar dan memperparah ketegangan dengan para pemimpin zona euro lainnya.

 Baca Juga: Sri Mulyani, Menko Darmin hingga Ekonom Bicara soal Rupiah Rp15.000/USD

Euro telah menguji dukungan teknis penting di USD1,1510 - USD1,1508, merupakan terendah sementara yang dicapai pada Juni.

Jika mata uang tunggal zona euro berlanjut menembus tingkat di bawah ini mungkin berikutnya menguji area USD1,13 merupakan tingkat terendah satu tahun yang tercapai pada Agustus.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,26% menjadi 95,7619 pada pukul 15.00 waktu setempat (19.00 GMT).

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1517 dolar AS dari 1,1544 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2975 dolar AS dari 1,2978 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7120 dolar AS dari 0,7186 dolar AS.

Dolar AS dibeli 114,33 yen Jepang, lebih tinggi dari 113,66 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9898 franc Swiss dari 0,9850 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,2841 dolar Kanada dari 1,2816 dolar Kanada.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya