JAKARTA - Bank Mandiri menargetkan angka kredit macet (non performing loan/NPL) hingga akhir tahun bisa berada di level 3%. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan target tahunan yang dipatok di level 2,8%-3,2%.
Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, saat ini angka NPL dari perseroan berada dikisaran 3,1%. Dirinya sangat optimis pada akhir tahun nanti, angka NPL bisa berada dibawah 3%.
"NIM targetnya masih sesuai target. NPL kalau dilihat guidance 2,8-3,2. Sekarang 3,1. Kami yakin bisa sedikit below 3% akhir tahun," ujarnya dalam acara paparan kinerja Bank Mandiri di Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (17/10/2018).
Baca Juga: Naik 20%, Laba Bersih Bank Mandiri Tembus Rp18,1 Triliun
Optimisme tersebut bukannya tanpa alasan, sebab hingga September ini saja, perseroan berhasil mencatat kenaikan penyaluran kredit sebesar 13,8% atau menjadi Rp781,1 triliun. Artinyaa, tinggal sedikit lagi target pertumbuhan kredit sebesar 11-13% pada tahun ini bisa tercapai.
"Tahun ini untuk kredit Bank Mandiri menargetkan tumbuh 11-13%, NIM di kisaran 5,5%-5,7%," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Utama Sulaiman Arif Arianto mengataka kinerja cemerlang Bank Mandiri juga ditopang oleh sinyal positif pada pertumbuhan kredit. Pada triwulan III-2018, pertumbuhan kredit mencapai 13,8% menjadi Rp781,1 triliun. Sehingga mendorong penghimpunan aset menjadi Rp1.173,6 triliun, tumbuh 8,8% dari September 2017.
"Pertumbuhan kredit tertinggi dalam 18 bulan terakhir tersebut terutama disumbangkan oleh segmen korporasi besar sebesar 27,6% dan pertumbuhan kredit segmen mikro sebesar 27,1% menjadi Rp301,4 triliun dan Rp97,5 triliun," jelasnya.
Baca Juga: Obligasi Bank Mandiri Kelebihan Permintaan 1,36 Kali
Pertumbuhan kredit ini juga tidak terlepas dari perseroan untuk melakukan perbaikan yang signifikan dari sisi pengelolaan aset produktif maupun penajaman fokus bisnis. Apalagi ditengah persaingan yang semakin ketat menyusul kenaikan suku bunga yang diterapkan oleh regulator dalam hal ini Bank Indonesia.
“Penurunan rasio NPL terutama didorong oleh keberhasilan perseroan dalam melakukan restrukturisasi secara berkelanjutan, di samping pemantauan potensi bisnis debitur secara ketat sehingga dapat membantu debitur memenuhi kewajibannya,” kata Sulaiman.
(Feb)