JAKARTA - Presiden Joko Widodo akan meresmikan dua bandara di Kalimantan. Bagi yang ingin menikmati keindahan panorama surga bawah laut di Kepulauan Derawan dan pulau-pulau disekitarnya seperti Pulau Maratua dan Pulau Kakaban, lebih mudah dengan hadirnya Bandara Maratua. Begitupun bagi yang ingin menuju Samarinda, Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto sudah siap melayani.
Seremonial peresmian Bandara Maratua dan Bandara APT Pranoto rencananya akan dilaksanakan di satu lokasi yaitu di Bandara APT Pranoto, Samarinda. Kedua bandara ini masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019. Di mana akan dilakukan pembangunan 15 bandar udara baru di antaranya Bandara Samarinda Baru dan Maratua.
Baca Juga: Pemerintah Cari Solusi Bangun Fasilitas Militer di Bandara Batam
Pelaksana Tugas Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub M Pramintohadi Sukarno mengatakan, bahwa untuk mewujudkan konektivitas nasional dalam Ditjen Perhubungan Udara ditargetkan membangun 15 Bandara baru sampai dengan akhir 2019. Sampai saat ini telah selesai dibangun dan dioperasikan 10 Bandara Baru dari 15 Bandara tersebut. Ke 10 bandara baru tersebut yaitu Anambas, Namniwel, Miangas, Morowali, Werur, Maratua, Koroway Batu, Kertajati, Samarinda Baru, dan Tebelian.
“Kami telah selesai membangun 10 Bandara baru dan sudah dioperasikan, secara bergiliran nanti akan diresmikan oleh Bapak Presiden. Dalam waktu dekat ini Bandara Samarinda Baru dan Maratua di Kalimantan Timur akan diresmikan,” jelas Pramintohadi, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/10/2018).
Baca Juga: Antisipasi Lonjakan Penumpang, Bandara Sultan Thaha Jambi Diperluas 2 Kali Lipat
Kedua bandara yang akan diresmikan secara operasional sudah beroperasi dengan baik. Bandara Maratua yang berada di pulau terdepan Indonesia telah menjadi penanda kehadiran negara Indonesia di wilayah tersebut, dan nantinya bandara ini akan terus dikembangkan sesuai dengan pertumbuhan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Pembangunan Bandara Maratua, awalnya diprakarsai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Berau dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2008, selanjutnya pembangunan ini diteruskan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, sehingga selesai pada tahun 2017. Bandara Maratua telah beroperasi dengan baik dan fasilitas yang tersedia juga sudah lengkap.
“Saat ini bandara telah memiliki landas pacu berukuran 1.600 m x 30 m, taxiway dengan ukuran 75 m x 15 m dan apron 70 m x 100 m sehingga pesawat jenis ATR 72 dapat dilayani dengan baik di bandara ini. Untuk fasilitas sisi darat sudah tersedia gedung terminal seluas 750 m2, gedung PK-PPK seluas 108 m2, gedung genset seluas 96 m2, kantor seluas 50 m2 dan gedung operasi 6 lantai dengan ukuran 5 m x 4 m, 2 unit x-ray, dan jalan akses ke bandara sepanjang 60 x 8 m pun tersedia,” imbuh Pramintohadi.
(Feb)
Maskapai yang telah beroperasi di bandara ini adalah Garuda Indonesia jenis ATR 72 yang beroperasi setiap hari Sabtu dengan rute penerbangan Balikpapan-Maratua pp. Sedangkan pesawat Susi Air jenis Grand Caravan beroperasi setiap hari Rabu dengan rute Tarakan-Maratua, Maratua-Berau pp. Tercatat pada tahun 2017 Bandara Maratua telah melayani penumpang datang dan berangkat 693 dan 692 orang. Sedangkan tahun 2018 terjadi kenaikan penumpang datang dan berangkat 1.220 dan 1.303 orang.
Sedangkan Bandara APT Pranoto adalah bandara pengganti Bandara Temindung yang sudah tidak bisa dikembangkan lagi, runway sangat terbatas hanya berukuran 1.040 m x 23 m, berada di lokasi padat pemukiman sehingga keselamatan dan keamanan penerbangan sangat rawan. Selain itu bandara tersebut selalu menjadi langganan banjir ketika musim hujan tiba.
“Bandara APT Pranoto hadir menggantikan Bandara Temindung untuk melayani kebutuhan transportasi udara masyarakat Samarinda dan sekitarnya, serta mempercepat perkembangan dan pemerataan ekonomi di wilayah Kalimantan Timur”, jelas Pramintohadi.
Saat ini spesifikasi Bandara APT Pranoto memiliki ukuran runway 2.250 m x 45 m, taxiway berukuran 173 x 23 m, apron 300 m x 123 m, dan mampu melayani pesawat Boeing 737-900 ER. Adapun di sisi darat telah dibangun gedung terminal seluas 12.700 m2 mampu menampung penumpang dengan kapasitas 1.500.000 pax/tahun serta gedung hanggar seluas 36.342 m2.
Sub Sektor transportasi udara mempunyai peran yang sangat strategis, sehingga menghadirkan bandara di suatu wilayah sangat berkontribusi dalam meningkatkan konektivitas dan mewujudkan aksesibilitas transportasi bagi masyarakat.
“Dengan adanya bandara, konektivitas transportasi tentu menjadi lebih baik, dan mobilitas barang dan masyarakat juga meningkat lebih baik lagi. Secara ekonomi, hal ini akan menciptakan daya saing karena distribusi komoditas menjadi lebih efisien sehingga dapat mengurangi disparitas harga, sehingga harga-harga barang menjadi lebih terjangkau oleh masyarakat,” tutup Pramintohadi.
(Feb)
(Rani Hardjanti)