MEDAN – Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) mengalami kesulitan dalam memasarkan produk beras premium ukuran sachet mereka di Sumatera Utara. Kesulitan yang dihadapi Bulog, karena masyarakat masih sangat terhegemoni (setia) dengan brand-brand beras lokal yang selama beredar di pasar.
Kepala Perum Bulog Divisi Regional I-Sumatera Utara Benhur Ngkaimi menuturkan, sejak dua bulan terakhir, mereka baru bisa memasarkan sekira 50 ribu sachet beras premium ke warung-warung yang ada di lingkungan masyarakat. Sebanyak 40 persen dari total 50 ribu sachet itu, dipasarkan di Medan.
Baca Juga: Menteri Rini Rombak Direksi Bulog, Budi Waseso Tetap Jadi Dirut
Produksi mereka sendiri saat ini hanya sekira 62.500 sachet. Jumlah itu jika dikonversi menjadi ton, hanya sekitar 12,5 ton. Sangat kecil jika dibandingkan dengan konsumsi masyarakat Sumut yang mencapai puluhan ribu ton perbulannya.
“Masyarakat kita di Sumut ini setia dengan brand. Sehingga meskipun kita katakana beras sachet ini setara kualitasnya dengan brand lokal seperti kukubalam, mereka belum mau beli. Paling di pegang-pegang saja. Dikatakan kemasannya bagus. Tapi untuk konsumsi mereka belum mau. Ini yang kita rasa masih sulit untuk merubah paradigmanya dan masih butuh waktu,”kata Benhur saat bersilaturahmi dengan para awak media di kantornya, Jalan Gatot Subroto Medan, Jumat (26/10/2018).