JAKARTA - Bank Indonesia (BI) telah merilis defisit neraca transaksi berjalan di kuartal III-2018 kembali mengalami pelebaran. Tercatat sebesar USD8,8 miliar atau 3,37% terhadap PDB.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, ketika pertumbuhan ekonomi agak tinggi, implisit dibelakangnya adalah impor yang juga masih tinggi, tinggal ekspornya bagaimana.
"Kita harus lihat datanya, kelihatannya ekspornya belum baik sehingga mau tak mau defisit masih besar, lebih besar dari kuartal II, kepada PDB maupun nilai. Tetapi neraca pembayaran itu kan satu blok transaksi berjalan dan jangan lupa sejak merdeka kita selalu defisit," ujarnya di Jakarta, Jumat (9/11/2018) malam.
Baca Juga: Sri Mulyani: Defisit Transaksi Berjalan Bukanlah Sebuah Dosa
Dia menjelaskan, pernah mungkin beberapa kuartal tidak defisit, tapi praktis sejak dulu Indonesia selalu defisit, karena terlalu banyak produk yang tidak dihasilkan tapi dibutuhkan.
"Apa itu? terutama bahan baku, bahan setengah jadi maupun bahan modal. Ini cerita 40 tahun perlu waktu kalau transaksi berjalan defisit, tapi kenapa tidak selalu ada kerisauan mengenai itu," jelasnya.
Untuk mengatasi itu, kata Darmin tergantung transaksi modal dan keuangan sampai dengan sekian tahun sampai akhir 2012 dengan surplus modal dan keuangan selalu bisa menutupi.