Sementara itu, laju pertumbuhan impor juga mengalami penurunan dipengaruhi oleh tren pelemahan Rupiah. "Tren harga minyak dunia yang menurun juga menghambat laju impor migas sepanjang bulan Oktober," katanya.
Baca Juga: Perlu Terobosan Kebijakan Ekspor-Impor demi Jaga Neraca Perdagangan
Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhustira memprediksi, defisit neraca perdagangan bulan Oktober sekitar USD300-700 juta. Didorong penurunan harga beberapa komoditas perkebunan di pasar internasional.
"Harga minyak sawit anjlok -32% periode Januari-Oktober 2018. Kemudian harga karet turun -44% diperiode yang sama (data Commodity Price World Bank). Padahal sawit dan karet menyumbang 16% dari total ekspor non migas," kata dia.
Faktor lainnya yakni fluktuasi kurs Rupiah yang membuat beban biaya logistik semakin naik. Ini karena 90% kapal untuk ekspor menggunakan kapal asing sehingga acuan biaya dan bahan bakar menggunakan kurs Dolar AS.
"Sementara impor migas kembali naik sesuai siklus musiman untuk persiapan stok menyambut libur panjang November-Desember," ujar dia.