JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pemerintah terus berupaya menjaga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetap sehat.
Di mana instrumen fiskal ini telah mendorong pertumbuhan ekonomi berada di 5,17% di kuartal III 2018 dan inflasi tahunan Oktober 2018 sebesar 3,16%, masih dalam target yang 3,5%.
APBN yang sehat ini juga terlihat dengan penerimaan negara yang terus tumbuh setiap tahunnya. Terlebih dari sisi perpajakan tercatat mengalami pertumbuhan, di 2017 tumbuh mencapai 12,6% dan di 2018 sekitar 17%.
"Jadi kalau kemarin ada yang mengkritik tax ratio kita rendah, makanya kami perbaiki, tanpa membuat khawatir," kata dia di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (22/11/2018).
Baca Juga: Jokowi Pede Tax Ratio Capai 12,1% Tahun Depan
Hal ini sekaligus menjawab kritikan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto terkait tax ratio Indonesia yang masih sekitar 10%-12%. Masih jauh di bawah pemerintahan Presiden Soeharto yang sekitar 16%.
Sri Mulyani menyatakan, sejak 2016 kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan, dalam dua tahun dirinya melakukan perubahan besar untuk menjaga kesehatan APBN. Kata dia, tantangannya memang sulit, mengingat pemerintah harus melayani masyarakat ditengah tuntutan tax ratio juga harus naik.
"Kita disuruh melayani (masyarakat) tapi tax ratio diminta naik. Kita diminta defisitnya turun dan disuruh belanja banyak tapi tidak boleh banyak utang," kata dia.
Baca Juga: Sri Mulyani: Mengumpulkan Pajak Bukan Tugas yang Mudah
Dalam menghadapi pengelolaan keuangan negara tersebut, dirinya pun mengaku sudah terbiasa mendapat kritikan dari sejumlah pihak.
"Jadi hidup saya cukup terlatih melakukan hal itu, saya banyak maklum kepada banyak hal," kata dia.
Sebelumnya, Prabowo menyampaikan kritikannya mengenai tax ratio yang saat ini tak lebih besar dari zaman Presiden Soeharto. Menurutnya, itu sama saja Indonesia kehilangan sekitar USD60 miliar atau setara Rp873,88 triliun (kurs rupiah Rp14.564/USD) dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Praboowo juga membandingkan tax ratio Indonesia yang masih kalah dengan Thailand, Malaysia bahkan dengan Zambia.
"Kalau kita tidak bisa mencapai performa pajak melampaui Presiden Soeharto 16%, ini 6% dari GDP kita kehilangan USD60 miliar," katanya dalam acara Indonesia Economic Forum di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu 21 November 2018.
(Dani Jumadil Akhir)