JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar acara sosialisasi tentang Satu Data Indonesia.
Selain itu, BPS bersama dengan Kominfo juga melakukan sinkronisasi data dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, perkembangan industri saat ini sudah sangat berbeda dengan zaman dahulu, sehingga pertumbuhannya dan bidang yang berpengaruhnya pun berbeda setiap zamannya.
Baca Juga: Revolusi Industri 4.0, BPS Siapkan Satu Data
Sebagai salah satu contohnya pada revolusi industri 1.0 atau era industri pertama ini, sektor pertanian yang naik begitu tinggi. Sebab pada saat itu, baru ditemukan mesin uap yang mempermudah pekerja tani.
"Industri 1.0 yang pertama masuk ke United Kingdom/Inggris (UK) dan menyebar ke Eropa Barat, dan Amerika Utara dipicu penemuan mesin uap. Ditandai kenaikan produk pertanian dan sebagainya dan mekanisasi," ujarnya dalam acara seminar di Swiss-Belhotel Mangga Besar, Jakarta, Senin (26/11/2018).
Lalu berlanjut ke industri kedua atau yang biasa disebut revolusi industri 2.0. Pada masa ini, sektor automotif tumbuh pesat diakibatkan munculnya penemuan listrik untuk menunjang pembangunan industri kendaraan.
"Industri 2.0 juga dimulai di UK, dipicu penemuan listrik yang kemudian dipakai untuk membangun industri kendaraan, lalu terjadi mobilisasi manusia secara masif di dunia," jelasnya.
Baca Juga: Hary Tanoe Ceritakan Revolusi Industri Sampai ke Era 4.0
Kemudian industri bergeser menuju revolusi industri ketiga tepatnya pada tahun 1960. Pada masa itu, perkembangan industri semakin pesat, sebab kerja dari industri semakin dipermudah dengan munculnya komputer dan internet.
"Kemudian kita berpindah ke revolusi 3.0 yang ditandai dengan penemuan komputer dan internet di mana mobilisasi dagang terjadi secara masif dan itu meruntuhkan batasan batasan ruang dan waktu," jelasnya.
Dan terakhir memasuki abad ke-21, kini dunia memasuki industri keempat atau yang biasa disebut industri berbasis digital. Lewat revolusi industri 4.0, memunculkan banyak fenomena baru termasuk disruption teknologi.
Baca Juga: Hari Nasional Statistik, Kecuk: Data di Website BPS Level Kedua di Asia
Istilah tersebut muncul menyusul munculnya model-model bisnis baru yang mulai menggusur keberadaan bisnis lama. Salah satu contohnya adalah Go-Jek hingga Grab yang menyediakan jasa transportasi lewat aplikasi.
Selain itu, merebaknya situs-situs dan aplikasi e-commerce juga membuat bisnis-bisnis ritel mulai berguguran. Sebab kini dengan industri 4.0, siapapun tidak perlu lagi menyediakan lapak untuk membuat usaha apapun.
"Ini (industri 4.0) menimbulkan fenomena baru, disebut disruption, membuat lahirnya model bisnis baru. Dulu tidak terpikir bisa pesan makanan lewat Go-Food. Lalu berjualan tidak perlu lagi membuka toko dan sebagainya," jelasnya.
(Dani Jumadil Akhir)