Sealin itu, penguatan juga didukung optimistis pasar dengan semakin terbukanya kesepakatan dagang antara AS dan China, yang akan di negosiasikan antara kedua pimpinan negara tersebut pada pertemuan G20.
Nanang menjelaskan, dua faktor global utama yakni ekspetasi kenaikan suku bunga The Fed dan tensi perang dagang mempengaruhi pergerakkan kurs Rupiah. Sebelumnya, yang sepanjang April - September 2018 terus menekan Rupiah, kini sudah memberikan iklim yang lebih kondusif terhadap stabilitas nilai tukar Rupiah.
Baca Juga: Rupiah Semakin Kokoh, Sore Ini di Rp14.382/USD
Faktor positif lainnya, lanjut Nanang, adalah terus merosotnya harga minyak mentah dunia, yang sudah menyentuh USD50 per barel. Sehingga dapat mengurangi tekanan pada defisit neraca perdagangan migas Indonesia ke depan.