AS-China Mulai Cairkan Perang Dagang

Koran SINDO, Jurnalis
Selasa 04 Desember 2018 08:41 WIB
Ilustrasi: Foto Koran Sindo
Share :

Rupiah Menguat

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pertemuan G-20 yang mempertemukan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping membuat rupiah menguat. Hal ini seiring kepercayaan investor yang positif terhadap mata uang Indonesia. "Kita ada di dalam suasana global, di mana keterbukaan ekonomi mengalami dinamika, termasuk nilai tukar rupiah. Sebelumnya, kebijakan The Fed memberikan sentimen yang kuat dan luar biasa kepada dolar AS. Itu berdampak terhadap kurs di negara lainnya," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Senin (3/12/2018).

Seiring kepercayaan investor dan meredanya kekhawatiran konflik dagang, Sri Mulyani berjanji tetap akan menjaga APBN pada 2019. Pasalnya, di tahun ini gejolak ekonomi global telah memengaruhi ekonomi Indonesia. Meski demikian, gejolak ini bisa dilalui dengan cukup baik. "Jadi kita akan mengombinasikan masalah fiskal dan moneter, tetap berkomunikasi untuk menjaga APBN tetap sehat," katanya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution juga menyatakan bahwa mulai meredanya perang dagang antara AS dan China memberikan sentimen positif ke perekonomian Indonesia. Hal tersebut tercermin dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menguat.

Darmin mengungkapkan, perang dagang antara dua negara adikuasa tersebut menyebabkan ekonomi global mengalami ketidakstabilan. Indonesia turut merasakan dampak tersebut dengan melemahnya nilai tukar rupiah. Beruntungnya, rupiah kembali mulai menguat. "Rupiah sebenarnya mulai menguat akhir Oktober lalu, tapi dengan berita ini (meredanya perang dagang), rupiah akan kembali menguat," kata Darmin di Jakarta kemarin.

Dia juga mengungkapkan, saat ini rupiah mengalami penguatan paling besar terhadap dolar Amerika Serikat dibandingkan mata uang negara lain baik di kawasan regional ASEAN maupun negara-negara di dunia lainnya.

Dengan meredanya perang dagang tersebut Darmin berharap perekonomian Indonesia akan semakin tumbuh karena stabilnya nilai tukar mata uang rupiah. Hal ini juga akan membuat pemerintah lebih leluasa dalam menjalankan program-programnya.

Ekonom BCA, David Sumual, mengatakan, penguatan rupiah dipengaruhi oleh optimisme terhadap perdamaian dagang sementara antara Amerika Serikat dan China yang diumumkan setelah pertemuan G-20 di Argentina akhir pekan lalu. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada 3 Desember 2018 tercatat rupiah di level Rp14.252 per dolar AS. (Muh Shamil/Heru Febrianto/ Oktiani Endarwati)

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya