Budi pun menyayangkan proses penawaran umum pada korporasi BUMN yang sangat berbelit-belit sehingga semakin jarang BUMN yang melakukan IPO beberapa tahun terakhir. Masih banyak pula korporasi besar yang enggan menjadi perusahaan terbuka karena menilai kewajiban-kewajiban yang harus mereka lakukan sebagai perusahaan publik tidak sepadan dengan manfaat yang mereka dapatkan.
Baca Juga: IPO, Dewata Freightinternation Lepas 300 Juta Saham
Sementara senior analyst CSA Research Institute, Reza Priyambada menilai, tingginya aktivitas IPO tahun ini boleh jadi disebabkan perhitungan para emiten untuk mengantisipasi kebutuhan investasi pada tahun depan. Pada 2019, emiten kemungkinan akan kesulitan mencari dana murah di tengah potensi pengetatan ekonomi global dan tantangan tahun politik.
Selain itu, emiten juga mengamati pertumbuhan investor yang signifikan di pasar modal dalam negeri yang memungkinkan mereka untuk mendapatkan modal yang mereka butuhkan dengan lebih mudah. Di sisi lain, investor kini memiliki antusiasme yang besar terhadap saham-saham IPO, terbukti dari seringnya terjadi oversubscribe selama penawaran umum saham calon emiten. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat pertumbuhan harga saham-saham IPO di tengah tren konsolidasi yang terjadi di pasar modal dalam negeri.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)