Era Suku Bunga Tinggi, Bank Harus Efisien

Koran SINDO, Jurnalis
Kamis 20 Desember 2018 12:33 WIB
Perbankan (Ilustrasi: Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) cenderung mengetat dengan naiknya suku bunga dari awal tahun dan diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2019 mendatang. Hal ini tentu akan berimbas pada pendapatan bunga yang menjadi salah satu sumber pendapatan bank.

Untuk bisa mengimbangi tekanan terhadap pendapatan bunga bersih perbankan harus mencari celah pendapatan lain melalui pendapatan nonbunga atau fee based income . Idealnya, porsi atau share fee based (income) terhadap total pendapatan bank itu rangenya antara 30-50% untuk ukuran emerging economies termasuk Indonesia . Namun, hingga saat ini total pendapatan bank melalui fee based income baru sebesar 20-25% terhadap keseluruhan pendapatan bank.

Pengamat perbankan, Aviliani mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI atau BI 7- Day Reverse Repo Rate(BI 7DRRR) memang memiliki risiko, seperti membuat suku bunga dana dan kredit turut terkerek naik. Namun, kenaikan suku bunga kredit tidak serta-merta mengganggu pertumbuhan kredit pada 2019. Sebenarnya dengan suku bunga naik, paling tidak nilai tukar rupiah bisa membaik sehingga dunia usaha tidak takut dengan investasi dan kenaikan harga bisa dihindari.

Baca Juga: Suku Bunga Acuan Naik, BI: Tidak Akan Pengaruhi Tingkat NPL

Meski demikian, industri perbankan harus tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya peningkatan rasio kredit bermasalah (non performing loan / NPL) akibat dari kenaikan BI7DRRR tahun depan. Chief Economist BTN, Winang Budoyo, juga memandang di tengah suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang tinggi, perbankan diminta dapat melakukan efisiensi.

Hal ini bertujuan agar kenaikan suku bunga acuan yang tinggi tersebut tidak langsung di transmisikan ke suku bunga kredit perbankan karena nanti akan berdampak pada pertumbuhan kredit. Dengan penghematan operasional, bank bisa memiliki ruang untuk meminimalisasikan dampak kenaikan dari suku bunga acuan BI ke suku bunga kredit.

“Jadi lebih bagaimana kiat-kiat yang harus dilakukan perbankan adalah dengan menjaga Net Interest Margin (NIM) dan Cost Of Fund (COF). Memang menghadapi suku bunga yang terus meningkat, efisiensi menjadi suatu hal penting bagi bank,” kata dia.

Dia juga melihat industri perbankan kedepannya harus mencari cara dan menyiapkan strategi dalam menjalankan bisnisnya. “Era suku bunga tinggi mendorong bank untuk meningkatkan efisiensi sekaligus governance agar tetap bisa mencetak keuntungan,” tuturnya.

Sejumlah ekonom lain juga turut memproyeksi intermediasi perbankan pada tahun depan. Ekonom PT Bank Mandiri Tbk Anton Gunawan mengatakan, pertumbuhan kredit industri perbankan tahun depan tidak lebih tinggi dibandingkan tahun 2018.

Pada tahun depan pertumbuhan kredit diproyeksikan sebesar 9- 10% secara tahunan atau year on year (yoy). Pertumbuhan kredit tahun depan lebih rendah di bandingkan dengan proyeksi sampai akhir 2018 sebesar 10,2% yoy.

Sementara untuk pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tahun 2019 di proyeksi masih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kredit, yakni sebesar 8-10% yoy. Suku bunga acuan juga masih akan mengalami kenaikan karena tahun depan masih bisa naik 6,5%.

Pengamat ekonomi dari UGM, Muhammad Edhie Purnawan, beranggapan kredit pada 2019 pertumbuhannya sekitar belasan persen, karena mulai tumbuh bisnis-bisnis baru difasilitasi oleh infrastruktur yang dibangun besar-besaran selama ini.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya