JAKARTA – Investor dinilai perlu melakukan aksi beli untuk meredam pengaruh kejatuhan bursa saham Amerika Serikat (AS) dan Jepang ke level terendah terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, window dressing yang masih menyelimuti indeks dalam negeri bisa menjadi salah satu aksi beli untuk menahan laju IHSG dari kejatuhan.
”Tapi, bisa juga tidak berpengaruh (penurunan bursa saham global) dengan asumsi para pelaku pasar dan pengelola dana terus melakukan aksi beli agar terjadi window dressing. Saham-saham big caps masih menjadi pilihan jika itu terjadi,” kata Reza di Jakarta.
Baca Juga: Bagaimana Nasib IHSG Jelang Tutup Tahun?
Seperti diketahui, indeks Dow Jones Industrial Average pada penutupan Senin (24/12) anjlok 653 poin ke level 21.792 atau terendah sejak awal September 2017. Anjloknya Dow Jones diikuti Bursa Jepang Nikkei 225 yang turun 1.010 poin ke level 19.155 atau terburuk sejak akhir April 2017.
Penurunan juga diikuti bursa saham dunia lainnya seperti di Asia dan Eropa. Aksi jual saham di bursa AS dipicu sejumlah sentimen, seperti rencana Presiden AS Donald Trump memecat Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell serta adanya penutupan pemerintahan (shutdown).
Sedangkan pelemahan indeks Nikkei disebabkan keputusan bank sentral Jepang (BoJ) yang tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya. Reza menjelaskan, pada akhir pekan lalu berbaliknya aksi beli mampu mengangkat IHSG.
Baca Juga: Jelang Akhir Tahun, Investor Asing Jual Bersih Rp51,6 Triliun
Harapan terhadap IHSG yang tidak kembali melanjutkan pelemahannya bisa terwujud. Meski laju IHSG diikuti dengan pergerakan bursa saham Asia yang cenderung variatif melemah, masih adanya aksi jual investor asing, hingga kembali terdepresiasinya laju rupiah tidak menghalangi IHSG untuk bisa bergerak positif.
”Kenaikan IHSG pun mendapat dorongan dari sahamsaham manufaktur, perdagangan, dan konsumer di mana pelaku pasar memanfaatkan pelemahan sebelumnya,” katanya.
Dia mengatakan, adanya perkiraan tingkat konsumsi jelang Natal dan tahun baru yang akan mengalami kenaikan menjadi salah satu alasan meningkatnya harga saham-saham konsumer. Di sisi lain, kenaikan IHSG juga ditopang positifnya sejumlah berita dari para emiten terkait dengan rencana ekspansi maupun aksi korporasi lainnya.
Baca Juga: Jelang Libur Natal, IHSG Tancap Gas ke 6.163
Reza memproyeksikan, IHSG selanjutnya bisa bertahan di atas support 6.132–6.146 dan resisten diharapkan menyentuh kisaran 6.176–6.195. Pergerakan IHSG yang mampu kembali menguat dan bertahan di atas area middle bollinger band dapat membuka peluang penguatan kembali.
”Tentu berbagai sentimen yang ada diharapkan dapat mendukung kenaikan tersebut. Diharapkan pergerakan IHSG juga masih dapat didukung aksi beli sehingga IHSG tidak kembali melemah.