"Namun, jumlah surat utang yang jatuh tempo kami perkirakan sebesar Rp112,4 triliun. Kalau suku bunga tadi membuat bunga (cost of fund) korporasi menjadi lebih mahal, maka yang ini akan jadi pendorong bagi perusahaan untuk menerbitkan kembali surat utang sebagai refinancing," ujarnya.
Nantinya, dari sisi kualitas, perusahaan dengan peringkat AAA diperkirakan masih akan mendominasi. Tercatat sampai akhir November 2018, pasokan baru penerbitan surat utang sebagian besar berasal dari emiten dengan peringkat AAA dan AA. Secara rinci, porsi penerbitan baru surat utang korporasi peringkat AAA, yakni 45,4%. Peringkat AA 21,6%, kemudian A 28,3%, dan disusul peringkat BBB, yakni 4,7%.
"Berdasarkan peringkat tersebut, kualitas dari obligasi yang ada di pasar modal cenderung sangat baik jika dilihat dari sisi risiko,”ungkapnya.
(Feby Novalius)