JAKARTA - Serabi solo merupakan jajanan tradisional yang berasal dari kota Solo, Jawa Tengah. Namun demikian, kini serabi solo telah hadir dan menyebar di berbagai kota besar di Indonesia. Serabi solo tak lagi hanya dapat dijumpai di tempat asalnya. Jajanan ini sangat nikmat disantap ketika tengah bersantai.
Jika disantap saat masih hangat maka pada bagian pinggirannya akan terasa crispy. Adapun pada bagian tengah atau inti serabi terasa gurih dan lembut. Kelebihan itulah yang membuat kehadiran serabi solo di berbagai kota mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Oleh karena itu, jenis usaha gerobak yang menjajakan serabi solo patut Anda pertimbangkan untuk mendulang rupiah.
Target pasar dari usaha serabi solo ini sangat luas. Anak-anak, remaja, hingga orang dewasa sangat menyukai jajanan ini. Kehadiran usaha ini selain di daerah asalnya (Solo) menyebabkan orang-orang merasa penasaran sehingga tertarik untuk mencicipi camilan ini. Kondisi tersebut tentu memberi dampak positif bagi kemajuan usaha serabi solo.
Melihat prospek pasar yang begitu cerah, berjualan serabi solo dengan media gerobak tentu patut Anda pertimbangkan. Anda dapat menimba ilmu dari orang-orang yang sudah pengalaman membuat serabi solo. Setelah menguasai resep dan cara pembuatannya secara tepat, Anda dapat segera berjualan dengan menggunakan gerobak di sekitar tempat tanggal.
Baca Juga: Cara Mengelola Modal Usaha yang Berasal dari Utang
Untuk melakukan usaha serabi solo, Anda harus memperhatikan biaya dan labanya. Berikut simulasi usaha serabi solo yang dilansir dari buku Jadi Jutawan Dari Bisnis Gerobak, karya Putri Sawwal dan Agus Nur Cahyo:
1. Modal Investasi Awal
- Gerobak dan etalase Rp2.500.000
- Kompor dan tabung gas 3 kg Rp400.000
- Peralatan memasak Rp200.000
- Meja dan kursi plastik Rp200.000
- Kemasan karton atau kertas Rp150.000
Jumlah Total Rp3.450.000
2. Biaya operasional Bulanan
- Bahan baku (Rp150.000 x 26 hari) Rp3.900.000
- Gas dan lain-lain Rp150.000
Jumlah Total Rp4.050.000
3. Pendapatan per Bulan
150 buah per hari (1.500 x 26 hari) = Rp5.850.000
4. Keuntungan per Bulan
Pendapatan dikurang biaya operasional bulanan
(Rp5.850.000 – Rp4.050.000) = Rp1.800.000
Dengan asumsi tersebut, maka modal investasi awal akan kembali dalam waktu kurang dari 2 bulan.
Sebagai catatan, simulasi tersebut menggunakan asumsi tidak mempekerjakan karyawan serta memasang harga rata-rata di pasaran. Adapun harga bahan baku dan omzet yang dihasilkan dalam tataran praktik sangat mungkin berbeda dengan simulasi ini.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)