RI Sibuk Kejar Industri 4.0, Jepang Masuki Era Society 5.0

Koran SINDO, Jurnalis
Jum'at 08 Februari 2019 08:43 WIB
Ilustrasi: Foto Koran Sindo
Share :

Untuk mengejar ketertinggalan dari Jepang yang memasuki era 5.0, Indonesia dinilai masih perlu waktu. Pasalnya, masih banyak kebutuhan dasar masyarakat yang perlu dibenahi. Misalnya saja, transportasi, SDM, hingga infrastruktur.

Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) R Agus Sartono mengakui, saat ini Indonesia masih kalah satu hingga dua langkah dibelakang Jepang.

“Ambil contoh kita masih berkutat mengintegrasikan moda transportasi. Sementara di era Society 5.0 masalah transportasi itu sudah nirdriver atau autodriver," ujar Agus ketika dihubungi.

Profesor di bidang keuangan ini melanjutkan, Jepang memang lebih maju karena sudah membangun big data jauh sebelum Indonesia heboh membahas Revolusi Industri 4.0. Sementara saat ini, kata dia, Indonesia masih jauh dari membangun big data.

Menurut Agus, yang terpenting dilakukan saat ini adalah Indonesia harus menjalankan Revolusi Industri 4.0 sementara di saat bersamaan Jepang menyiapkan untuk masuk ke 5.0.

Dia menambahkan, keberlanjutan sebuah program sangat penting, sebab jika tidak dikejar akan muncul kesenjangan (gap) kemampuan beradaptasi antar era teknologi.

“Kita harus fokus ke 4.0 sambil memperkecil disparitas. Sebab disparitas itu akan membahayakan. Kuncinya yakni di kerja keras, kualitas pendidikan diperbaiki karena dengan pendidikan yang baik maka gap akan mengecil,” ujarnya.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat berpendapat, perkembangan masyarakat di Indonesia tidak linier dan homogen seperti di Jepang. Di Indonesia, kata dia, populasinya sangat besar, beragam dan tidak merata.

Dia menambahkan, saat ini Indonesia juga menghadapi tantangan yakni anggaran riset yang masih terbagi-bagi sehingga hasilnya tidak optimal untuk mendongkrak inovasi teknologi. Selain itu juga Indonesia saat ini masih menjadi pangsa pasar produk asing. “Padahal kita punya bahan dasarnya. Banyak orang pintar tapi banyak yang idle atau akhirnya kerja diluar negeri,’’ ucapnya.

Perlombaan Teknologi

Pengamat Marketing Yuswohady mengatakan, kemunculan grand inisiatif Society 5.0 yang dicanangkan Jepang tidak lepas dari perlombaan teknologi antar negara-negara maju utama khususnya Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Jepang.

Menurut dia, kelahiran teknologi yang mendisrupsi dengan memanfaatkan big data, internet of thing (IoT), artificial intelligence (AI), robotic hingga blockchain telah memicu negara-negara maju untuk berlomba agar bisa memimpin dunia melalui kekuatan ekonomi dan teknologi.

“Itulah yang mendorong Jerman pada 2014 mengeluarkan inisiatif high-tech strategies yang kini dikenal luar sebagai Industry 4.0,” kata pria yang akrab dipanggil Yuswo itu.

Yuswo menambahkan, negara seperti AS sebenarnya tidak memiliki inisiatif khusus dari pemerintahnya. Namun, inisiatif perkembangan teknologi tersebut dijalankan secara efektif oleh swasta melalui raksasa-raksasa digital di Silicon Valley seperti Google, Facebook, Apple, dan Amazon.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya