JAKARTA - Istilah unicorn muncul dalam debat calon presiden (capres) RI 2019 yang bertemakan "Infrastruktur, Pangan, dan Energi." Istilah tersebut dilontarkan capres petahana, Joko Widodo (Jokowi).
Pertanyaan dari Jokowi ini membuat calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto sepertinya tidak paham. Dia sempat menanyakan apa maksud unicorn dari pertanyaan Jokowi.
"Unicorn apa yang dimaksud unicorn? Yang online-online itu?" kata Prabowo.
Baca Juga: Prabowo: Apa Unicorn? Yang Online-Online Itu?
Dikutip dari Investopedia, unicorn merupakan perusahaan startup yang memiliki valuasi minimal USD1 miliar atau setara Rp14 triliun. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh seorang investor ventura, Aileen Lee pada 2013.
Saat itu, kata dia, hanya 0,07% startup yang bisa menembus valuasi USD1 miliar, sehingga sulit sekali menemukannya seperti layaknya mencari unicorn, hewan kuda putih bertanduk yang dianggap mitos.
Lima tahun kemudian, banyak startup yang menjelma menjadi unicorn. Bahkan, startup seperti Facebook sudah berbeda kasta dengan gelar hectacorn karena valuasinya sudah di atas USD100 miliar, tepatnya saat ini USD416 miliar.
Baca Juga: Jadi Topik 'Panas' di Debat Capres, Apa Sih yang Dimaksud Unicorn?
Di Indonesia, sejauh ini sudah ada empat startup di Indonesia yang menyandang status unicorn, yaitu Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak. Bahkan, angka tersebut bisa bertambah menjadi lima jika Grab memutuskan untuk membuka kantor pusat di Indonesia. Berikut profilnya:
1. Go-Jek
Didirikan lulusan Harvard, Nadiem Makarim, Go-Jek merupakan startup pertama di Indonesia yang mendapat gelar unicorn. Gelar itu direngkuh pada Agustus 2016.
Saat itu, Go-Jek meraih pendanaan hampir USD550 juta, sehingga membuat valuasinya menyentuh USD1,3 miliar. Pendanaan tersebut digalang oleh Sequoia Capital dan Wargburg bersama enam investor ventura lainnya.
Baca Juga: TKN: Fatal Jika Prabowo Tak Paham Unicorn
Status tersebut disandang G0-Jek sekitar enam tahun sejak didirikan pada 2010. Prestasi ini sekaligus membuat Go-Jek saat itu berada dalam satu kasta bersama startup lainnya di Asia Tenggara yang bergelar serupa yaitu Grab, Garena, dan Lazada.
2. Traveloka
Setelah Go-Jek, muncul Traveloka dengan status unicorn. Status itu diperoleh pada 27 Juli 2017 setelah Expedia menggelontorkan dana USD350 juta kepada Traveloka. Hal tersebut valuasi startup portal travel itu tembus USD1 miliar.
Sebelum mendapatkan dana dari Expedia, perusahaan startup yang didirikan oleh Ferry Unardi itu memperoleh berbagai seri pendanaan dari investor di antaranya East Ventures, JD.com, dan Sequoia Capital.
3. Tokopedia
Tokopedia yang didirikan William Tanuwijaya merupakan startup kedua yang bergerak di sektor marketplace (e-commerce) yang mendapatkan gelar unicorn di Asia Tenggara setelah Lazada.
Gelar unicorn diperoleh Tokopedia setahun setelah Go-Jek, tepatnya pada 17 Agustus 2017. Pada saat itu, Tokopedia memperoleh suntikan dana USD1,1 miliar dari Alibaba, sehingga valuasinya melonjak menjadi USD1,3 miliar.
Sebelumnya, Tokopedia hanya memperoleh pendanaan dari Softbank dan Sequoia Capital senilai USD100 juta. Itu pun diperoleh pada 2014.
4. Bukalapak
Bukalapak merupakan startup e-commerce yang menyandang status unicorn pada 2018. Status ini diraih sedikit terlambat dibanding Tokopedia yang memperoleh gelar serupa setahun sebelumnya.
Gelar unicorn diperoleh Bukalapak setelah memperoleh pendanaan seri D sebesar USD50 juta dari Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund. Sebelumnya, startup yang didirikan Achmad Zaky itu mendapat suntikan dana dari Emtek, GIC, dan Ant Financial.
Selain empat nama tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara sempat menyebut, ada tiga kandidat kuat startup yang tidak lama lagi menjadi unicorn. Ketiganya berasal dari sektor pendidikan, kesehatan, dan fintech. (iNews.id)
(Dani Jumadil Akhir)