JAKARTA – Implementasi industri 4.0 tidak hanya memiliki potensi luar biasa dalam mendorong perubahan kebijakan industri manufaktur, tetapi juga mampu mengubah berbagai aspek dalam kehidupan peradaban manusia. Untuk itu, Indonesia perlu menyiapkan diri dalam upaya mengambil peluang di era digital saat ini guna memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kita telah melihat banyak negara, baik negara maju maupun negara berkembang, menyerap pergerakan ini ke dalam agenda nasional mereka, untuk merevolusi strategi industri dan meningkatkan daya saing dalam pasar global,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dilansir Harian Neraca, Senin (25/2/2019).
Baca Juga: Menperin Dorong Sektor Manufaktur Terapkan Industri Hijau
Menurut Menperin, Indonesia sudah siap memasuki era industri 4.0. Hal ini ditandai melalui peluncuran peta jalan Making Indonesia 4.0 oleh Presiden Joko Widodo pada 4 April 2018. Peta jalan tersebut menjadi strategi dan arah yang jelas dalam upaya merevitalisasi sektor manufaktur.
“Roadmap ini untuk mewujudkan aspirasi besar yang hendak kita capai dengan aplikasi industri 4.0 di Indonesia, yaitu menjadi peringkat 10 besar ekonomi dunia pada 2030 dengan meningkatkan nett export, meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB, mencapai produktivitas yang kompetitif. Ini merupakan hasil dari penerapan teknologi dan inovasi,” ungkapnya.
Airlangga menegaskan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menerapkan industri 4.0, karena sedang menikmati bonus demografi hingga tahun 2030. “Negara-negara seperti China, Jepang dan Korea mengalami booming pertumbuhan pada saat bonus demografi dan masa ini adalah peak performance bagi Indonesia untuk mengakselerasi ekonominya,” tuturnya.
Selain meningkatkan nett export sebesar 10% atau 13 kali lipat dibandingkan saat ini, sasaran Making Indonesia 4.0 juga meliputi peningkatan produktivitas tenaga kerja hingga dua kali lipat dibandingkan peningkatan biaya tenaga kerja, dan alokasi aktivitas R&D teknologi dan inovasi sebesar 2% dari PDB.
“Sangatlah jelas bahwa aspirasi tersebut adalah lompatan yang besar, kerja keras yang luar biasa yang perlu didukung oleh segenap pemangku kepentingan yang ada,” ujarnya. Airlangga menambahkan, penerapan industri 4.0 juga akan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi hingga 1-2%, penyerapan tambahan lebih dari 10 juta tenaga kerja, dan peningkatan kontribusi industri manufaktur pada perekonomian.