Reuters sebelumnya melaporkan pada Rabu (20/2) bahwa AS dan China mulai menyusun draf komitmen untuk mengatasi sejumlah masalah dalam konflik dagang kedua negara. Perkembangan ini merupakan kemajuan terbesar mengakhiri perang dagang yang telah berlangsung tujuh bulan. Saat para pejabat menggelar perundingan tingkat tinggi pada Kamis (21/2) dan Jumat (22/2) di Washington, mereka masih jauh dari tuntutan pemerintahan Presiden AS Donald Trump untuk perubahan struktural ekonomi China.
“Draf komitmen yang disusun itu akan mendorong kesepakatan muncul dalam perundingan kedua pihak,” ungkap sejumlah sumber yang terlibat dalam negosiasi itu pada Reuters.
“Negosiator AS dan China menyusun enam nota kesepahaman (MoU) pada sejumlah isu struktural, seperti transfer teknologi secara paksa dan pencurian siber, hak kekayaan intelektual, jasa, mata uang, pertanian, dan penghalang non tarif untuk perdagangan,” kata dua sumber yang mengetahui perkembangan pada perundingan itu.
Pertemuan antara pejabat AS dan China pekan lalu di Beijing diisi dengan kedua pihak saling menukar dokumen dan menyusun sejumlah kewajiban. Proses itu menjadi negosiasi dagang sesungguhnya sehingga pada akhir pekan kedua pihak tetap berada di Beijing untuk bekerja. Mereka pun kemudian memutuskan bertemu lagi di Washington.
Nota kesepahaman itu mencakup isu paling kompleks yang memengaruhi hubungan dagang antara kedua negara dan dari perspektif AS akan mengakhiri tarif yang diterapkan AS pada produk impor asal China. Meski demikian, masih ada kemungkinan perundingan dagang itu gagal menghasilkan kesepakatan.
“Tapi pembahasan nota kesepahaman itu langkah penting agar China menandatangani prinsip-prinsip luas dan komitmen khusus untuk isu-isu penting,” ungkap seorang sumber yang mengetahui perkembangan dalam negosiasi itu. Sejumlah sumber Pemerintah China menjelaskan, dua negara secara mendasar akan mencapai kesepakatan untuk menghindari ketidakseimbangan perdagangan. Meski demikian, masih ada beberapa perbedaan yang harus diatasi.
“Dapat dikatakan kita sekarang dalam fase lari cepat dan tim negosiasi bekerja menuju kesepakatan dalam batas waktu itu, tapi beberapa masalah masih sulit untuk diatasi,” ujar seorang pejabat China. (Syarifudin)
(Dani Jumadil Akhir)