JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengatakan, mass rapid transit (MRT) di Jakarta tidak akan pernah ada jika perhitungan yang digunakan adalah untung atau rugi.
"Kenapa sampai 30 tahun tidak diputuskan? Karena perhitungannya untung rugi. Rugi pasti, untung dari mana, yang namanya transportasi massal itu ya rugi," kata Jokowi dilansir Antaranews, Jumat (22/3/2019).
Ia menyebutkan, kalau untuk negara, itungannya bukan untung dan rugi. Itungannya bukan profit dan tak profit tapi itungannya adalah benefit. Menurut dia, perhitungan untung rugi itu untuk para pengusaha dan perusahaan.
Baca Juga: Jajal MRT, Presiden Jokowi Terima Komplain dari Penyandang Disabilitas
Ia mengaku sempat ada kesulitan menghitung benefit sehingga pembangunan MRT ditetapkan berdasar keputusan politik untuk kepentingan negara secara makro.
Di hadapan pengusaha, Jokowi pun meminta mereka untuk mencoba menumpang moda transportasi umum. "Saya harap yang hadir di sini mulai besok mencoba MRT. Apa yang ingin saya sampaikan, negara sebesar Indonesia ini masa baru punya MRT sekarang. Itu pun kita putuskan saat saya jadi gubernur dengan Pak Ahok," katanya.
Ia menyebutkan berdasar studi Bappenas, kerugian akibat kemacetan di Jakarta dan sekitarnya beberapa tahun lalu mencapai sekitar Rp65 triliun per tahun. "Sekarang dihitung lagi sudah Rp100 triliun. Apa mau diteruskan? Lebih baik dipakai untuk bangun MRT dan LRT benar? Itu yang namanya keputusan politik sehingga secara makro negara kita tetap untung gede," katanya.
Ia menyebutkan itungan terakhir untuk membangun MRT di Jakarta untuk seluruh jalur sepanjang 231 km menghabiskan biaya Rp571 triliun. "Apa artinya? ya lebih baik dibangun daripada kita rugi Rp100 triliun setiap tahun," katanya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)