Untuk mengambil keuntungan dari pertumbuhan sektor teknologi, Saratoga juga mulai merambah bisnis startup melalui mitra investasi. “Perusahaan percaya bahwa sektor teknologi memiliki prospek menjanjikan di masa depan, karena adanya disrupsi dalam cara hidup kita dan implikasi luas kepada masyarakat,” kata Michael.
Terkait kerugian sebesar Rp6,2 triliun, Michael menegaskan, itu merupakan rugi buku yang belum direalisasikan. Kerugian terjadi akibat volatilitas harga saham sejumlah perusahaan investasi, kenaikan suku bunga, fluktuasi harga komoditas, dan melemahnya mata uang yang terjadi sepanjang 2018.
“Kerugian itu sebagai dampak penerapan mark to market sejak 2017. Ini adalah rugi buku yang belum direalisasikan,” ujarnya. Kepala Riset PT Koneksi Kapital Marolop Alfred Nainggolan menilai kerugian yang dialami perusahaan investasi seperti Saratoga merupakan hal biasa. Pasalnya, kerugian itu hanya tercatat di buku dan belum direalisasikan. Kerugian itu bisa beralih menjadi keuntungan jika investasi Saratoga rebound.
(Rakhmat Baihaqi)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)