TANGERANG - Rencana diteruskannya pembangunan kereta cepat Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta ke Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kini memasuki tahap penyusunan feasibility study (FS).
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Tangsel Sukanta menuturkan penyusunan FS merupakan tahapan selanjutnya dari pra-FS. Setelah itu, dilakukan penyusunan detail engineering design (DED) yang menjadi dasar bagi pembangunan fisik. “Jadi, tahapannya itu adalah pra-FS, FS, DED, dan pembangunan fisik,” katanya kepada KORAN SINDO di Serpong, kemarin. Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany, kata Sukanta, meminta pembangunan MRT ke Kota Tangsel secepatnya dilakukan sehingga layanan kereta cepat itu bisa dirasakan semua warga dan berdampak pada semakin berkurangnya pemakaian kendaraan pribadi ke Jakarta.
Baca Juga: MRT Beroperasi Komersil, Mesin Tiket Otomatis Jadi Kendala
“Ya, wali kota meminta secepatnya atau paling lambat tahun 2020 sudah ada peletakan batu pertama. Ya, minimal tahun 2019 selesai semua penyusunan FS dan DED-nya,” katanya. Menurut dia, penyusunan FS dan DED dilakukan oleh konsultan transportasi. Meski begitu, pihaknya sebagai pemerintah daerah tetap memberikan usulan atau masukan. “Untuk pra-FS, rencananya MRT koridor Lebak Bulus-Terminal Pondok Cabe. Saat ini kami baru tahap survei. Pelaksana surveinya dari konsultan, BPTJ, Bappeda Tangsel, dan Dishub Tangsel,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan jalan yang akan dilalui MRT dari Lebak Bulus. Jalan itu, akan memutar mengikuti circle Tangsel mulai dari Pondok Cabe, Pamulang, Serpong, hingga terus ke arah Kota Tangerang. “Sudah disampaikan ke Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan sudah seputar pola pembiayaan,” tuturnya, kemarin. Adapun rute yang diusulkan mulai dari Stasiun Lebak Bulus menuju Prapatan Gaplek, belok kanan menuju Pamulang hingga Pamulang Barat. Selanjutnya belok kanan menuju Bundaran Universitas Pamulang (Unpam).
Dari Bundaran Unpam, lalu ke arah Jalan Siliwangi hingga Prapatan Muncul. “Dari Munjul, belok kanan hingga Taman Tekno 2, dan belok kanan lagi, lalu belok kiri sampai terus ke Tangerang. Nanti sampai ke Bandara Soetta. Trase ini yang kami ajukan kepada pihak BPTJ,” ujarnya. Terkait pola pembiayaan, Benyamin mengatakan, semua ditanggung BPTJ. Termasuk biaya pembebasan lahan yang terkena pembangunan. Pemkot Tangsel, katanya, hanya sebagai pihak yang memfasilitasi pelaksanaan pembangunan. “Semuanya nanti akan dikerjakan oleh BPTJ, termasuk pembiayaannya. Kami hanya mengusulkan konsep perpanjangan MRT itu melingkar di circle Tangsel. Jadi, semuanya menjadi kewenangan BPTJ,” katanya.
Jalur MRT Tak Boleh Rumit
Sementara itu, pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menyatakan, ketidaksepahamannya atas ide Wakil Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie. “Itu apaan MRT melingkar - lingkar? MRT itu lurus, tidak boleh belok - belok. MRT kok belok-belok kayak bemo begitu. MRT mana itu? Kayak MRT Palembang, itu nggak jalan,” kata Agus saat dihubungi KORAN SINDO, kemarin. Menurutnya, tidak ada yang jalan MRT berkelok-kelok. Jalur MRT harus lurus mengikuti rel yang sudah dibuat. Kalaupun ada tempat pemberhentian, hanya ada namanya feeder.