JAKARTA – PT Hero Supermarket Tbk, pemilik gerai ritel Giant, mengonfirmasi bahwa penutupan enam toko pada 28 Juli mendatang dilakukan untuk merespons perilaku konsumen yang mengalami perubahan cepat. Rencana penutupan toko tersebut sudah disampaikan kepada rekan kerja perusahaan di toko terkait.
“Ritel makanan di Indonesia mengalami peningkatan persaingan dalam beberapa tahun terakhir karena perubahan pola belanja konsumen. Giant sendiri merupakan brand yang kuat, namun kami harus terus beradaptasi untuk bersaing secara efektif dengan menerapkan program multiyear transformation untuk memberikan peningkatan jangka panjang,” kata Direktur PT Hero Super market Tbk Hadrianus Wahyu Trikusumon di Jakarta kemarin.
Baca Juga: 6 Gerai Giant Tutup, Hero Ingin Perkuat Bisnis Non-Makanan
Dia menambahkan, Hero akan mengubah dan menyegarkan kembali penawaran untuk pelanggan guna memastikan kualitas, serta meningkatkan produktivitas toko untuk keuntungan pelanggan dan keamanan rekan kerja perusahaan.
Sebagai informasi sesuai data pada Mei 2019, tercatat Giant memiliki 125 toko yang siap untuk memberikan pelayanan terbaik dan memenuhi kebutuhan pelanggan di Indonesia. Menurut Hadrianus, langkah Hero selanjutnya akan mengikuti pola konsumen dan beradaptasi berdasarkan perilaku belanja masyarakat saat ini. Untuk tetap kompetitif dan memenuhi perubahan pola belanja pelanggan, ujar dia, Giant akan mengembangkan strategi jangka panjang.
Baca Juga: 6 Gerai Giant Ditutup, Direktur HERO: Ini Bukan Hal yang Mudah
“Ini melibatkan penataan ulang ruang usaha, meningkatkan kualitas, skala, dan kesegaran di seluruh toko, dan menyesuaikan general merchandise untuk memberikan nilai yang lebih konsisten kepada pelanggan kami,” ujarnya.
Dia menambahkan, salah satu yang dilakukan adalah berinvestasi di toko-toko yang ada dan menurunkan biaya serta meningkatkan produktivitas untuk memastikan struktur yang efektif. “Mengatasi tantangan ini jelas membutuhkan waktu. Kami sedang melakukan perbaikan, namun membutuhkan waktu dan kami mengimplementasikan program multiyear transformations untuk mencapai perbaikan jangka panjang,” tutupnya.
Sementara itu, ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, tingkat konsumsi belanja masyarakat Indonesia sebenarnya berada dalam kondisi stabil jika dibandingkan tahunlalu. DiamenilaiGiantyang dioperasikan Hero ter lambat mengantisipasi perubahan pola belanja dan konsumsi masyarakat melalui ritel.
“Konsumsi masyarakat sebenarnya tidak ada perubahan sepanjang tahun ini jika dibanding tahun lalu. Jadi, sebenarnya untuk peritel besar macam Hero atau Giant ini ada salah strategi dalam mengikuti pola belanja masyarakat kita saat ini,” ucapnya.
Dia menilai Hero harus segera mengubah strateginya, apalagi melihat menjamurnya minimart baik di perkotaan maupun di pelosok banyak mengambil pasar peritel besar. “Bukan hanya mengambil pasar peritel besar, bahkan pasar tradisional pun terancam karena menjamurnya minimart-minimart ini, dan itu memang menjawab kebutuhan belanja masyarakat saat ini yang dekat dengan rumah atau lokasinya strategis di berbagai tempat,” ucapnya.
Dia menambahkan, jika ada perubahan dari peritel besar mengacu pada pola konsumsi masyarakat saat ini, ceruk pasar untuk peritel masih besar untuk bisa bertahan bahkan mengambil keuntungan.
Sebelumnya Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengatakan, saat ini telah terjadi perubahan perilaku konsumen dari yang biasanya memasak di rumah dan berbelanja bahan pangan di supermarket, kini mereka lebih memilih untuk berkuliner.
"Adanya penurunan transaksi pangan, baik makanan dan minuman, akibat ber ge ser - nya perilaku konsumen. Konsumen lebih memilih kuliner di luar rumah sebagai gaya hidup masyarakat global," kata Roy.
(Feby Novalius)