Presiden Donald Trump dan Xi Jinping Sepakat Kendurkan Perang Dagang

Koran SINDO, Jurnalis
Minggu 30 Juni 2019 12:06 WIB
Presiden Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping (Foto: Koran Sindo)
Share :

Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe juga menyampaikan perlunya kebijakan perdagangan yang bebas, adil, dan tidak diskriminatif serta penurunan ketegangan perang dagang.

“Ekonomi global terus menghadapi risiko penurunan akibat ketegangan perdagangan masih terus berlanjut,” kata Abe selama KTT G-20. Seperti disampaikan Abe, para pemimpin negara anggota G-20 juga sepakat untuk mengakhiri proteksionisme dan memilih untuk menerapkan perdagangan bebas, adil, dan transparan.

Pertumbuhan ekonomi global berlangsung rendah dan berisiko mengalami krisis akibat ketegangan geopolitik dan perdagangan. “Kami perlu tetap membuka pasar agar perdagangan stabil dan menciptakan lingkungan investasi yang sehat,” ungkap G-20 dalam keterangan gabungan seperti dilansir Reuters. 

Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengatakan semua negara anggota beraspirasi untuk bekerja lebih keras meningkatkan sistem perdagangan. Senada dengan Rusia, Uni Eropa dan Amerika Selatan juga menyepakati traktat perdagangan bebas dan pasar terbuka serta mengakhiri proteksionisme.

Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengatakan, ekonomi global “terluka” akibat perang dagang dan perlunya perubahan kebijakan.

“Pemulihan perundingan perdagangan antara AS dan China saya sambut dengan baik, tapi penerapan tarif yang telanjur diimplementasikan menghalangi pertumbuhan ekonomi global. Permasalahan yang tidak kunjung usai juga menciptakan ketidakpastian di masa yang akan datang,” kata Lagarde.

Hindari Proteksionisme

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, para pemimpin negara-negara G-20 yang hadir pada pertemuan di Osaka, Jepang, juga menginginkan adanya reformasi di dalam World Trade Organization (WTO).

Reformasi ini terutama soal investasi dan perdagangan sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi global. Menurut dia, investasi dan perdagangan menjadi isu sangat penting karena menyangkut bagian dari kebijakan ekonomi negaranegara anggota G-20 yang bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara global.

“Semua sepakat bahwa kita perlu melakukan reformasi. Hampir semua pihak mengatakan perlu adanya upaya menghilangkan atau mengurangi ketegangan perdagangan internasional, tapi belum ada kesepakatan tentang bagaimana cara mencapainya,” ujar Sri Mulyani dalam keterangan resminya.

Sri Mulyani menceritakan bahwa untuk menyelesaikan sengketa perdagangan, para pemimpin yang hadir menginginkan adanya reformasi di WTO. “Mungkin penekanannya berbeda-beda, tapi yang paling penting reformasi WTO mengenai dispute settlement (penyelesaian perselisihan), dibentuk mekanisme untuk menangani dispute settlement,” jelasnya.

Kedua, menurut dia, menangani berbagai kebijakan multilateral yang kerap menimbulkan kekacauan (distorsi). Tepatnya bagaimana membentuk penyelesaian perbedaan sehingga tercipta praktik perdagangan yang adil.

“Saya rasa yang paling penting adalah masalah itu,” tambahnya. Pengamat ekonomi Asian Development Bank Institute (ADBI) Eric Sugandi mengatakan reformasi WTO diperlukan karena selama ini masih banyak kendala dalam liberalisasi perdagangan internasional.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya