JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, keluar dari jebakan masyarakat berpendapatan menengah (middle income trap) merupakan tantangan utama dari pembangunan Indonesia ke depannya. Setidaknya dibutuhkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6% per tahun untuk bisa merealisasikannya.
Hal tersebut disampaikan Sri Mulyani dalam paparannya kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Rapat Paripurna yang membahas RUU APBN 2018.
Baca juga: Minta Regulasi Penghambat Perdagangan Dihapus, Jokowi Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5,4%
Bendahara Negara tersebut mengakui, jika berdasarkan perhitungan, ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh di kisaran 5%-5,5% per tahun dalam jangka pendek. Perhitungan itu didapat dari hasil estimasi output potensial yang didasarkan pada pendekatan fungsi produksi.
"Oleh karena itu, upaya terobosan kebijakan reformasi struktural perlu terus dilakukan untuk meningkatkan level output potensial, agar Indonesia bisa terbebas dari middle income trap," ujarnya dalam Rapat Paripurna, di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Baca juga: Alasan Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI
Dia menjelaskan, reformasi struktural itu pun memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi Indonesia ditengah kondisi volatilitas perekonomian global. Di mana pada tahun lalu ekonomi Indonesia tumbuh menjadi 5,17%, setelah pada 2017 ekonomi tumbuh di angka 5,07%.
"Pertumbuhan itu juga menjadi capaian tertinggi dalam 4 tahun terakhir," imbuhnya.
Selain itu, angka produk domestik bruto (PDB) 2018 juga tumbuh menjadi Rp14.834 triliun. Di mana pada tahun sebelumnya PDB sebesar Rp13.588 triliun. "Perbaikan kinerja pertumbuhan ini antara lain masih ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi sepanjang 2018," jelas dia.