Fakta Menarik Neraca Dagang Surplus tapi Ekspor Anjlok

Koran SINDO, Jurnalis
Selasa 16 Juli 2019 09:43 WIB
Ilustrasi: Data Neraca Perdagangan Juni 2019 (Koran Sindo)
Share :

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2019 mengalami surplus sebesar USD200 juta. Surplus neraca perdagangan disebabkan jumlah ekspor lebih besar dibandingkan impor.

Nilai ekspor Indonesia pada Juni 2019 mencapai USD 11,78 miliar, sedangkan nilai impor Indonesia Juni 2019 mencapai USD11,58 miliar.

Berikut fakta-fakta terkait surplus neraca perdagangan Juni yang dirangkum Okezone dari Koran Sindo, Selasa (16/7/2019)

1. Ekspor RI di Juni

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, nilai ekspor pada Juni 2019 turun 20,54% dibandingkan ekspor Mei 2019. Demikian juga dibandingkan Juni 2018 menurun 8,98%.

Ekspor nonmigas Juni 2019 mencapai USD11,03 miliar, turun 19,39% dibandingkan Mei 2019. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Juni 2018 juga turun 2,31%.

“Beberapa komoditas mengalami penurunan harga yang curam, di antaranya batu bara, minyak kelapa sawit, seng, dan tembaga. Di sisi lain, ada beberapa komoditas nonmigas mengalami peningkatan harga, antara lain karet, emas, dan cokelat,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

2. Penurunan Ekspor Terbesar

Penurunan terbesar ekspor nonmigas Juni 2019 terhadap Mei 2019 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar USD 336,9 juta (16,31%), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada perhiasan/permata sebesar USD368,1 juta (88,66%).

Menurut Suhariyanto, selain karena turunnya harga sejumlah komoditas, penurunan ekspor juga terjadi karena libur panjang Lebaran. “Cuti panjang berpengaruh besar pada ekspor impor. Dari dokumen ekspor yang kami terima, memang ekspor turun jauh pada bulan ini,” ungkapnya.

Menurut sektor, ekspor migas turun 34,36% secara bulanan karena penurunan minyak mentah dan gas. Ekspor pertanian turun 33,83% secara bulanan karena menurunnya ekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah.

Ekspor industri pengolahan turun 19,62% secara bulanan karena penurunan ekspor pakaian jadi (konveksi) dari tekstil. Ekspor produk pertambangan dan lainnya menurun 16,11% karena penurunan ekspor bijih tembaga.

“Tantangan pada 2019 ini tidak mudah karena perekonomian global mengalami perlambatan. Di satu sisi, harga komoditas fluktuatif, bahkan cenderung menurun,” kata Suhariyanto.

3.Impor RI Turun

Nilai impor pada Juni 2019 juga turun sebesar 20,70% dibanding Mei 2019. Namun, jika dibandingkan Juni 2018 naik 2,80%. Impor nonmigas Juni 2019 mencapai USD9,87 miliar turun 20,55% dibanding Mei 2019, sebaliknya jika dibandingkan Juni 2018 naik 8,15%. Impor migas Juni 2019 mencapai USD1,71 miliar yang turun 21,50% dibanding Mei 2019. Demikian pula jika dibandingkan Juni 2018 turun 19,99%.

4. Penurunan Impor Terbesar

Penurunan impor non migas terbesar Juni 2019 di bandingkan Mei 2019 adalah golongan mesin/pesawat mekanik sebesar USD399,6 juta (18,79%), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan aluminium sebesar USD 143,2 juta (103,17%).

“Pergerakan impor hampir mirip dengan ekspor di mana ada libur panjang Lebaran pada Juli selama tiga tahun berturut-turut. Ini memengaruhi kinerja ekspor dan impor kita,” kata Suhariyanto.

Menurut penggunaan barang, barang konsumsi turun 33,57% secara bulanan, impor bahan baku/penolong turun 17,78% secara bulanan, dan barang modal turun 25,53%. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Juni 2019 mencapai USD80,32 miliar atau menurun 8,57% di banding periode sama tahun 2018.

5. Impor Januari-Juni

Sementara nilai impor kumulatif Januari-Juni 2019 sebesar USD82,26 miliar turun 7,63% dibandingkan periode sama tahun 2018. Dengan demi kian, Indonesia masih mencatat defisit sebesar USD1,93 miliar sepanjang 2019.

“Kita harap kinerja ini akan membaik hingga akhir tahun,” katanya.

6. Apa Kata Darmin?

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, kinerja ekspor yang turun pada Juni 2019 disebabkan kondisi eksternal. Meski ekspor Juni 2019 turun, neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus.

“Ekonomi dunia memang sedang melambat,” ujarnya.

Darmin mengatakan, neraca dagang Indonesia masih berpotensi surplus. Menurutnya, permasalahan neraca dagang migas yang selama ini menjadi hambatan sudah mulai teratasi.

“Pada Maret-April lalu itu benar-benar urusan migas. Sebenarnya yang membuat neraca perdagangan kita positif atau negatif banyak sekali,” tuturnya.

(Feby Novalius)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya