Mirza menyatakan, Indonesia memang memerlukan dana dari luar negeri untuk pembangunan, sebab pendanaan dari dalam negeri saja tak akan cukup. Maka diperlukan juga pengelolaan ekonomi yang hati-hati untuk semakin memikat investasi asing.
"Jadi (ULN) memang dibutuhkan tapi harus di kelola hati," tekannya.
Selain dari penyaluran kredit umum, utang luar negeri, dan pasar modal, sumber pembiayaan perekonomian Indonesia juga berasal dari industri keuangan non bank (IKNB) sebesar Rp698 triliun, atau tumbuh 9,28% yoy.
Kemudian dari kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebesar Rp105 triliun, atau tumbuh 10,84% yoy. Serta dari fintech sebesar Rp8,3 triliun, tumbuh signifikan sebesar 274,73% yoy.
(Feby Novalius)