NEW YORK - Boeing Co membuka kemungkinan penghentian produksi pesawat 737 MAX jika terus mengalami kendala dari regulator global untuk kembali mengudara.
Chief Executive Officer (CEO) Boeing Dennis Muilenburg yakin 737 MAX dapat kembali beroperasi paling cepat pada Oktober, tapi untuk pertama kali Boeing mungkin harus mengurangi atau sepenuhnya menghentikan produksi 737 MAX.
Boeing berupaya memulihkan kepercayaan konsumen pada 737 MAX dan memenuhi persyaratan sejumlah regulator dengan memprogram ulang software yang menjadi faktor utama dalam dua kecelakaan mematikan dalam lima bulan.
Baca juga: Boeing Rugi Rp41 Triliun di Kuartal II-2019 Imbas 737 Max Disetop
”Ini momen menentukan bagi Boeing,” ungkap Muilenburg kepada para pengamat, dilansir Reuters.
Dia menjelaskan, Boeing telah melakukan komunikasi teknis dan sejumlah konferensi dengan para operator MAX di penjuru dunia dan hampir 225 sesi dalam tes simulator penerbangan untuk softwarenya. Komentar Muilenburg itu muncul setelah perusahaan meng umumkan kerugian terbesar dalam satu kuartal, mencapai hampir USD3 miliar, serta harus mengeluarkan dana hing ga USD1,01 miliar pada kuartal itu.
Para investor telah menduga besarnya kerugian itu setelah Boeing mengumumkan besarnya berbagai tagihan pekan lalu, membuat total biaya untuk krisis 737 MAX itu mencapai lebih dari USD8 miliar, terutama untuk kompensasi pada berbagai maskapai atas penundaan pengiriman dan pengurangan produksi.
Baca juga: Boeing 737 MAX Tak Akan Angkut Penumpang hingga 2020
Saham Boeing segera melemah hingga 3% setelah pengumuman laporan keuangan kuartal II/2019 itu. Apalagi Muilenburg juga menyebutkan kemungkinan pengurangan produksi lebih lanjut atau menghentikan produksi pesawat itu untuk sementara.
Perusahaan yang berbasis di Chicago itu tak dapat mengirimkan satu pun pesawat baru 737 MAX sejak penghentian operasional secara global pada Maret lalu setelah dua kecelakaan fatal di Indonesia dan Etiopia yang menewaskan total 346 orang.
Muilenburg menyatakan, perusahaan akan mempertimbangkan pemangkasan output 737 lebih lanjut di bawah level sekarang 42 pesawat per bulan atau potensi penghentian produksi jika permasalahan terus berlanjut. Langkah penghentian produksi ini tak pernah dilakukan Boeing sejak 1997 saat perusahaan menghentikan pro duksi 747 dan menunda pengenalan model baru 737.
Baca juga: FAA Temukan Masalah Baru pada Boeing 737 MAX
Boeing telah mengurangi jumlah produksi pesawat lorong tunggal itu di Seattle menjadi 42 pesawat per bulan dari sebelumnya 52 pesawat setelah kecelakaan di Etiopia. Namun, penundaan pengiriman 737 ke berbagai maskapai memangkas sumber utama dana dan memukul laba.
Pengiriman yang lebih sedikit berarti Boeing harus membayar lebih banyak untuk suku cadang yang harganya ditetapkan sesuai volume pembelian Boeing. Boeing menyatakan pernah menargetkan membuat 57 pesawat 737 per bulan pada 2020.