JAKARTA - China sengaja melemahkan mata uangnya Yuan sebagai serangan balasan tarif tambahan 10% oleh Amerika Serikat (AS). Hal ini kembali memanaskan perang dagang AS-China.
Baca Juga: Fakta Menarik Neraca Dagang Surplus tapi Ekspor Anjlok
Menanggapi hal ini, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa dampak devaluasi yuan mempengaruhi sentimen investor di Asia maupun emerging market.
"Sampai sesi I perdagangan, kurs beberapa negara di Asia termasuk Rupiah dan yen Jepang alami pelemahan terhadap dolar AS," ujar dia kepada Okezone, Rabu (7/8/2019).
Baca Juga: Perang Dagang Jatuhkan Harga Minyak Dunia
Dia menuturkan, memburuknya hubungan ekonomi AS dan China pasca devaluasi, karena Pemerintah AS mengadukan China ke IMF atas dugaan currency manipulator. Bukan tidak mungkin Presiden Trump akan kenakan tarif atau sanksi yang lebih berat ke produk dari China.
"Jadi, masa depan trade war tidak pasti. Indonesia terdampak dari sisi ekspor dan impor sekaligus. Ekspor ke AS dan China melambat, sementara produk China yang murah karena devaluasi yuan akan menyerbu Indonesia. Membuat defisit perdagangan melebar," tutur dia.
Pada tahun 2018 lalu saja, lanjut dia, impor total dari China naik 27.4% dibanding 2017. Nilainya setara USD45.2 miliar dan reaksi negara lain merespon devaluasi yuan berbeda tergantung kekuatan cadangan devisa dan model ekonominya apakah berorientasi ekspor atau impor.
"Kurs China bisa didevaluasi karena bank sentral bisa memainkan cadangan devisa yang cukup jumbo. Kemampuan ini tdak bisa ditiru Indonesia. Struktur China yang export oriented juga diuntungkan ketika yuan melemah," ungkap dia.
Di menambahkan bahwa Vietnam mungkin bisa meniru China karena export oriented. Produk asal Vietnam bisa lebih murah dan bersaing dengan produk China. Sementara negara seperti Indonesia yang andalkan konsumsi dalam negeri justru blunder ketika Rupiah melemah.
"Biaya impor bahan baku produksi dan barang konsumsi yang meroket rugikan pengusaha lokal," pungkas dia.
(Dani Jumadil Akhir)