Pada tahun 2018 lalu saja, lanjut dia, impor total dari China naik 27.4% dibanding 2017. Nilainya setara USD45.2 miliar dan reaksi negara lain merespon devaluasi yuan berbeda tergantung kekuatan cadangan devisa dan model ekonominya apakah berorientasi ekspor atau impor.
"Kurs China bisa didevaluasi karena bank sentral bisa memainkan cadangan devisa yang cukup jumbo. Kemampuan ini tdak bisa ditiru Indonesia. Struktur China yang export oriented juga diuntungkan ketika yuan melemah," ungkap dia.
Di menambahkan bahwa Vietnam mungkin bisa meniru China karena export oriented. Produk asal Vietnam bisa lebih murah dan bersaing dengan produk China. Sementara negara seperti Indonesia yang andalkan konsumsi dalam negeri justru blunder ketika Rupiah melemah.
"Biaya impor bahan baku produksi dan barang konsumsi yang meroket rugikan pengusaha lokal," pungkas dia.
(Dani Jumadil Akhir)