JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyayangkan Indonesia yang masih impor beberapa komoditas pangan. Padahal Indonesia merupakan negara agraris yang seharusnya bisa memproduksi sendiri kebutuhannya.
Baca Juga: Kedelai Impor Jadi Mahal, Tapi Harga Tahu Masih Stabil di Tengah Melemah Rupiah
Salah satu komoditas pangan yang masih impor adalah bahan baku tempe. Menurut JK, makanan yang banyak digemari ini masih bergantung pada petani kedelai Amerika Serikat.
Selain tempe, beberapa produk ternak Indonesia juga masih ada yang impor. Seperti jagung yang masih impor dari Brazil.
"Tempe kita tergantung petani Amerika, jagung ayam kita masih banyak kita impor dari Amerika atau Brazil,” ujarnya di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Baca Juga: Pabrik Tahu Terkendala Peralatan Produksi
Oleh karena itu, diperlukan transformasi kebijakan dari pemerintah untuk menekan impor. Kebijakan yang diperlukan memang perlu sedikit keras agar efeknya cepat terasa.
“Dari hal-hal tersebut maka dibutuhkan suatu transformasi berjalan kebijakan yang keras, kita ini memang perlu itu," ucapnya.
JK menambahkan, ke depan pemerintah akan memberlakukan peraturan ketat agar impor tidak terlalu deras. Pasalnya, hal ini agar tidak membuat neraca dagang alami defisit.
"Jangan nanti kita bikin suatu peraturan yang ketat kemudian kita ubah lagi aturan itu, memang banyak bisa terjadi karena kita lihat contohnya. Karena itulah maka dibutuhkan suatu trasformasi itu tentang suatu kebijakan yang keras tetapi juga suatu tingkat teknologi yang dikuasi oleh masyarakat dan teknologi yang dengan skil semua negara seperti itu," jelasnya.
Dia pun menyarankan transformasi ekonomi Indonesia bisa meniru Australia. Sebagai sama-sama agraris, transformasi Australia lebih rapih dan juga efisien.
“Australia dia tetap menjadi agraris dan sumber daya alam tapi dia efisien. Sehingga dia mentransformasi. Ada juga yang mentransform sumber daya itu tapi efisien,” kata JK.
(Feby Novalius)