Cikal Bakal Terciptanya Plastik yang Bikin Resah Menteri Susi hingga Sri Mulyani

Rani Hardjanti, Jurnalis
Senin 19 Agustus 2019 18:22 WIB
Foto: Menteri KKP Susi Pudjiastuti (Instagram)
Share :

JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menko Perekonomian Darmin Nasution kompak menolak menggunakan air minum kemasan sekali pakai. Pasalnya plastik yang digunakan bisa membahayakan tidak hanya bagi hewan di laut, tetapi juga mengancam kehidupan manusia.

Seperti diketahui, plastik memang banyak digunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri. Selain sangat membantu mengatasi segala kebutuhan, plastik juga memiliki harga yang relatif terjangkau. Tetapi, belakangan penggunaan plastik kian tidak terbendung. Bagaimana awal mula terciptanya plastik?

 Baca Juga: Arahan Menteri Susi Stop Pakai Botol Plastik, Menko Darmin: Saya Sudah Lama

Pada tahun 1856, Alexander Parkes menemukan plastik menggunakan material alami, yaitu selulosa yang direaksikan dengan asam nitrat menjadi nitroselulosa. Penemuan ini dianggap sebagai cikal bakal plastik.

Kemudian, pada tahun 1868, John Wesley Hyatt menemukan celuloid dengan cara menambahkan kapur barus sebagai plastisizer pada nitroselulosa. Terobosan penemuan plastik terjadi pada tahun 1907, pada saat seorang ahli Kimia Leo Baekeland menemukan bakelite. Penemuan ini merupakan penemuan plastik sintetik pertama.

 Baca Juga: Menteri Susi: Tidak Boleh Lagi Ada Botol Plastik Air Mineral

Plastik ini diciptakan dengan cara mereaksikan fenol dengan formaldehida. Setelah penemuan bakelite, banyak sekali terobosan baru plastik sintetis.

 

Berbagai karakteristik plastik antara lain bisa dibentuk sesuai dengan keinginan, tahan terhadap kotoran, tahan terhadap abrasi, tahan perubahan, konduktivitas listrik rendah, konduktivitas panas rendah, resistan terhadap korosif, kuat, rendah brittleness, hidrophobic, dan persisten.

"Penemuan plastik merupakan penemuan besar yang mengubah hidup manusia. Sedikit demi sedikit plastik mulai menggantikan material lain. Perkembangan teknologi molding menyebabkan banyak sekali material yang digantikan plastik. Sekarang ini hampir semua aktivitas manusia berinteraksi dengan plastik," ujar Emenda Sembiring, S.T., M.T., M.Eng.Sc., Ph.D., staf pengajar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, dalam pidato ilmiahnya terkait "Plastik dan Mikroplastik: Tantangan Pengelolaan Lingkungan Kini dan Nanti" di acara Sidang Terbuka Peresmian Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) Program Doktor, Magister, dan Program Profesi ITB Semester I Tahun Akademik 2019/2020, seperti dikutip dari laman ITB, Senin (19/8/2019).

 Baca Juga: Tolak Minuman Berbotol Plastik, Menteri Susi: Aku Kurang Suka

Dia melanjutkan, wilayah Asia Tenggara dan Pasifik merupakan wilayah penyumbang 60% sampah plastik yang tidak terkelola.

Menurut penelitian Jambeck, dkk. pada 2015, dipaparkan Emenda, juga menunjukkan bahwa China (25,79%) dan Indonesia (10,73%) sebagai dua negara yang berkontribusi besar pada pencemaran sampah plastik di laut.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya