Biaya pengeboran eksplorasi relatif kecil dibanding total biaya pengembangan tenaga panas bumi. Namun, ini adalah fase paling berisiko dan pengembang sering sulit memperoleh modal awal karena mungkin tidak akan memperoleh kembali biaya yang dikeluarkan jika pengeboran menunjukkan bahwa sumber daya panas bumi tidak layak secara ekonomi.
Saat ini Indonesia adalah net importir minyak mentah dan masih bergantung pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik. Dari total kapasitas daya terpasang nasional, 88% bersumber dari bahan bakar fosil sedangkan 12% berasal dari energi terbarukan. Indonesia sekarang memiliki 1,9 gigawatt tenaga panas bumi terpasang dan berencana untuk mengembangkan 4,6 gigawatt tambahan untuk membantu memenuhi target energi terbarukan pemerintah.
“Pendanaan pengeboran eksplorasi adalah salah satu hambatan utama untuk memperluas tenaga panas bumi di Indonesia. Dengan mengatasi rintangan ini, Indonesia akan memanfaatkan sepenuhnya potensi panas bumi yang besar di negara ini. Bank Dunia berkomitmen untuk membantu Indonesia mencapai akses universal terhadap listrik sebagai landasan untuk pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan kemakmuran bagi warga Indonesia,” kata Direktur Negara Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Rodrigo A. Chaves.
(Feby Novalius)