JAKARTA - PT Djarum sekarang ini ibarat kupu-kupu dengan sayap yang sangat indah. Dahulu, kondisi perusahaan ini bak ulat yang tengah berproses menjadi kepompong. Siapa sangka, dulu perusahaan dari Kudus, Jawa Tengah, ini nyaris bangkrut.
Kini, Djarum telah bermetamorfosa menjadi konglomerasi dengan jaring bisnis yang telah merajalela. Arti Djarum sekarang ini telah lebih dari sekadar pabrik rokok Kudus.
Baca Juga: Bos Djarum Jadi Orang Terkaya Indonesia, Kekayaannya Meroket Rp401 Triliun dalam 10 Tahun
Sejak berdiri pada awal 1950-an, paling tidak Djarum sekarang ini telah diurus oleh tiga generasi.
Djarum didirikan oleh Oei Wie Gwan. Dia membeli pabrik rokok bernama Djarum Gramophon. Awalnya, pabrik rokok yang dijalankan Oei ini hanya memiliki 10 pekerja, proses mencampur cengkih dan tembakau juga dilakukan secara sederhana.
Pada 1963, pabrik rokoknya mengalami kebakaran yang hampir menghancurkan perusahaan. Oei Wie Gwan pun meninggal dunia pada tahun yang sama.
Oei memiliki dua orang putra, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Di tangan Michael dan Budi ini, usaha rokok Djarum kian maju.
Baca Juga: Bos Djarum Sabet Predikat Miliarder Terkaya 10 Tahun Berturut-turut
Bahkan, Djarum kini menjadi salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Dan tentunya menghasilkan banyak pundi-pundi untuk Michael dan Budi.