JAKARTA - Badan Energi Internasional mengatakan pasar minyak diperkirakan akan menghadapi kelebihan pasokan pada 2020. Hal itu dikarenakan adanya peningkatan produksi di tengah pertumbuhan permintaan yang lemah.
"Secara keseluruhan, kami akan terus melihat pasar yang dipasok dengan baik pada tahun 2020. Kecuali jika hal-hal lain berubah, kita mungkin akan melihat surplus, kecuali jika ada pemulihan pertumbuhan permintaan yang sangat kuat," kata Direktur Energi dan Keamanan Badan Energi Internasional Keisuke Sadamori, seperti yang dikutip CNBC, Rabu (30/10/2019).
Baca Juga: Harga Minyak Bervariasi Imbas Penurunan Cadangan Bahan Bakar AS
IEA menyatakan dalam laporan bulanan, badan yang berbasis di Paris itu memangkas angka pertumbuhan permintaan minyak sebesar 100.000 barel per hari untuk 2019 dan 2020. Permintaan minyak diperkirakan tumbuh pada "masih solid" 1,2 juta barel per hari pada tahun 2020.
Kekhawatiran ekonomi makro global seperti perang dagang AS-China dan perkembangan di sekitar Brexit. Hal itu justru sangat berpengaruh pada keadaaan prospek pasar minyak.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak, dan produsen lain termasuk Rusia, telah menerapkan pengurangan produksi sebesar 1,2 juta barel per hari sejak Januari dalam upaya mendukung pasar.
Namun, pasokan minyak tahun ini telah didorong oleh anggota non-OPEC seperti Amerika Serikat dalam produksi minyak serpih. Sadamori juga mengatakan bahwa Brazil dan Norwegia juga akan memproduksi lebih banyak minyak tahun depan.
Baca Juga: Harga Minyak Akhirnya Turun Akibat Meningkatnya Stok di AS
Sementara itu, permintaan pada 2019 telah lemah, di tengah pertumbuhan yang lemah di babak pertama dan pertumbuhan permintaan India lebih lambat dari yang diharapkan dan di pertumbuhan pertengahan tahun 2019 didukung oleh basis yang rendah dibandingkan periode yang sama di 2018.