"Asumsinya perang dagang USD250 miliar (pengenaan tarif untuk barang impor dari China ke AS) yang sudah ada, kemudian rencana 25% kenaikan tarif (barang dari China), itu tidak kemudian diperburuk lagi. Semoga terjadi kesepakatan antara AS dengan China bulan depan," ujar dia.
Baca juga: Peluang Investasi di Tengah Perang Dagang
Perry menyatakan, untuk menghadapi kondisi gejolak ekonomi global, BI masih membuka peluang untuk melonggarkan kebijakan menjadi lebih akomodatif. Pelonggaran itu bisa dilakukan melalui kebijakan suku bunga, relaksasi makroprudensial, ataupun penurunan Giro Wajib Minimum (GWM).
"Instrumen-instrumen itu terbuka ruang untuk lebih akomodatif. Tapi kapan dan bagaimana kebijakannya, akan kami cermati dari perkembangan ekonomi global," ungkap Perry.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)