Industri Manufaktur Jadi Penyumbang Ekspor Terbesar pada 2019

Fabbiola Irawan, Jurnalis
Selasa 07 Januari 2020 12:13 WIB
Agus Gumiwang (Okezone)
Share :

JAKARTA – Kementerian Perindustrian memaparkan sektor-sektor apa saja yang menyumbangkan nilai ekspor nasional terbesar. Menteri Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, industri manufaktur adalah sektor yang menyumbang ekspor terbesar di Indonesia.

Industri manufaktur tercatat menjadi penyumbang nilai ekspor nasional dengan nilai USD105,11 miliar atau Rp1.438 triliun (Kurs Rp13.686/USD) sepanjang Januari sampai Oktober 2019.

 Baca juga: Para Menteri, Bos BI hingga Gubernur Ngumpul Bareng Bereskan Defisit Transaksi Berjalan

Kemudian diikuti oleh industri makanan dan minuman yang menembus USD21,73 miliar atau Rp297 triliun, diikuti industri logam dasar sekitar USD14,64 miliar atau Rp200 triliun, serta industri tekstil dan pakaian jadi sebesar USD10,84 miliar atau Rp148 triliun.

“Oleh karena itu, sektor industri terus didorong untuk mampu meningkatkan nilai ekspor nasional, baik itu melalui peningkatan daya saing produk industri maupun perluasan pasar ekspor ke negara-negara tujuan ekspor baru,” ungkap Menperin mengutip laman resmi Kemenperin, Jakarta, Selasa (7/1/2020).

 Baca juga: Sederet Masalah Pengembangan Industri Manufaktur: Pungli, Bajing Loncat hingga Macet

Kemenperin mengatakan, pada tahun 2019, ekspor produk industri menyentuh di angka USD123,7 – USD129,8 miliar. Sedangkan, pada tahun 2020, ekspor produk industri bakal menembus USD136,3 – USD142,8 miliar.

“Di sisi lain, industri pengolahan juga merupakan sektor yang berkontribusi besar terhadap penerimaan pajak. Sampai dengan Triwulan III 2019, kontribusinya 29,23% dari penerimaan pajak neto nasional, atau sebesar Rp245,60 triliun,” sambung Menperin.

 Baca juga: Produksi Industri Manufaktur Tumbuh Lambat di Kuartal II-2019

Agus pun mengemukakan, dalam melaksanakan program pembangunan industri, ada tujuh tantangan yang dihadapi saat ini. Pertama, kekurangan bahan baku seperti kondensat, gas, naphta, biji besi. Kedua, kurangnya infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, dan kawasan industri. Ketiga, kurangnya utility seperti listrik, air, gas, dan pengolah limbah.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya