2. Dikelilingi Harga Tinggi
Walau menempuh gaya hidup hemat, ada juga milenial yang masih kekurangan uang. Hal ini bisa saja disebabkan oleh harga-harga yang kian tinggi. Ekonomi juga sedang dalam tingkat tertinggi, apalagi pengangguran di Amerika Serikat (AS) sebesar 3,5% atau angka paling rendah dalam beberapa kurun waktu terakhir.
Sementara itu, harga rata-rata penjualan rumah telah meningkat sebesar 39% dan biaya kesehatan juga meningkat USD9.000 atau Rp121 juta sejak 1970. Biaya pendidikan juga meningkat lebih dari dua kali lipat dan membuat para siswa AS meminjam lebih banyak daripada sebelumnya. Total utang pinjaman mahasiswa nasional AS kini mencapai USD1,5 triliun atau Rp20.214 triliun.
3. Punya Rp1 Miliar Bukan Berarti Kaya Raya
Ketika biaya hidup meningkat, penghasilan yang besar dirasa tidak pernah cukup. Dalam perekonomian AS, kini USD100 ribu atau Rp1 miliar dianggap kelas menengah di AS. The Pew Research Center mendefinisikan kelas menengah AS adalah orang yang berpenghasilan dua pertiga hingga dua kali lipat dari pendapatan rata-rata yaitu sebesar USD60.336 atau Rp813 juta, itu berarti kelas menengah AS berpenghasilan sekitar USD40.425 atau Rp544 juta hingga Rp120.672 atau Rp1 miliar.
Bagi milenial yang merasa bangkrut meski berpenghasilan tinggi, situasi-situasi di atas haruslah diakali. Mereka harus pilih-pilih ketika membagi uang mereka untuk beberapa keperluan. Milenial juga harus mempertimbangkan untuk menyisihkan uang untuk masa depan.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)