Sebagai yang diketahui, penyebaran SARS telah menurunkan 8% pendapatan maskapai di Asia Pasifik yang setara USD6 miliar atau Rp81 triliun (kurs Rp13.658/USD). Dengan adanya virus korona, beberapa maskapai yang bermarkas di China memangkas 50% penerbangan.
“Maskapai penerbangan di China telah merasakan sebagian besar kerugian pada tahun ini,” kata analis penerbangan di Hong Kong, Eric Lin. Sebut saja Air China, China Southern Airlines, dan Taiwan’s airlines mengalami kerugian yang tidak sedikit akibat ketergantungan pada penerbangan ke Negeri Tirai Bambu itu. Bahkan United Airlines dan British Airways juga terpaksa mengurangi penerbangan ke China.
“Kerugian tahun ini bisa bertambah lebih lanjut jika virus menyebar lebih banyak di luar China,” papar Moody’s Investors Service.
Menurut Lin, maskapai mungkin akan mengatasi kerugian dengan memangkas biaya, termasuk cuti yang tidak dibayar untuk karyawan. Penerbangan sipil akan bangkit kembali dengan cepat begitu penyebaran virus surut, jika perkembangan SARS terulang tahun ini.
"Pengalaman kami tentang peristiwa tersebut adalah bahwa layanan udara akan kembali dengan cepat setelah virus terkandung dan permintaan akan segera naik," katanya.
(Dani Jumadil Akhir)