JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui jika ekonomi Indonesia menghadapi tantangan pada awal 2020 ini. Sebab, meskipun isu perang dagang dan juga ketegangan Arab Saudi sudah mereda, namun kini wabah virus Korona yang membayangi ekonomi global.
Menurut Sri Mulyani, wabah virus Korona ini semula memang hanya terjadi di China saja. Hanya saja, lumpuhnya ekonomi China membuat negara lain juga terkena dampaknya khususnya pada sektor perdagangan dan pariwisata.
Baca Juga: Dampak Virus Korona, Mari Elka: Ekonomi China Pasti Turun
"Pelemahan ekonomi di Tiongkok berdampak pada pelemahan di berbagai negara antara lain Amerika Serikat (di mana 10% intermediate goods berasal dari Tiongkok) dan kawasan Asia termasuk Indonesia (40% intermediate goods berasal dari Tiongkok)," ujarnya dalam acara konferensi pers di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (19/2/2020).
Menurut Sri Mulyani, akibat wabah virus Korona ini bahkan lembaga internasional seperti IMF kembali menurunkan target pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,1 hingga 0,2%. Oleh karena itu pemerintah perlu bersiap diri untuk menghadapi wabah virus Korona jika tak ingin ekonominya tergerus.
Baca Juga: Virus Korona Bikin Harga Daging Babi di China Naik 116%
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menambahkan, untuk menjaga perekonomian tetap pada arahnya dan agar momentum pertumbuhan ekonomi nasional tetap terjaga, Pemerintah mendorong Kementerian dan Lembaga serta Pemerintah Daerah untuk dapat mengakselerasi belanja terutama pada periode awal tahun 2020. Hanya saja, belanja yang dilakukan Aris dilakukan dengan efektif.
“APBN kita terus-menerus mencoba merespons dengan melakukan rekalibrasi untuk melakukan stabilisasi counter cyclical dalam rangka memperbaiki pemerataan dan alokasi. Bagaimana kita menciptakan pelayanan publik dan memberikan dorongan pada sektor-sektor yang memang kita anggap perlu mendapatkan perhatian," kata Sri Mulyani,
Selain itu, pemerintah juga menyiapkan Rancangan Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja. Hal ini dilakukan untuk mendongkrak investasi khususnya asing ke Indonesia
"Omnibus Law di bidang cipta (lapangan) kerja dan berbagai reformasi sektor riil yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga terkait, kita harapkan akan menyumbang confidence momentum positif”, ucapnya.
Dalam realisasi APBN sendiri tercatat sejumlah target APBN beberapa sektor seperti harga minyak. Namun sepanjang Januari nilai tukar Rupiah justru cenderung menguat dibandingkan target awal.
Berikut realisasinya per 31 Januari 2020:
- Pertumbuhan ekonomi belum tersedia, targetnya 5,3%
- Inflasi secara year on year (yoy) 2,68% dan secara year to day (ytd) 0,39%, dari target 3,1%
- Tingkat bunga SPN 3 bulan 3,39%, dari target 5,4%
- Nilai tukar dolar AS Rp 13.721, dari target Rp 14.400
- Harga minyak mentah Indonesia USD65,38 per barel, dari target USD63 per barel
- Lifting minyak belum tersedia, dari target 755 ribu barel per hari
- Lifting gas belum tersedia, dari target 1.191 ribu barel setara minyak per hari
(Kurniasih Miftakhul Jannah)